Mohon tunggu...
nur’ annisah
nur’ annisah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi membaca buku fantasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Teori Emosional Intelligence Dari Daniel Goleman

20 Januari 2025   23:03 Diperbarui: 20 Januari 2025   23:03 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

A.  Pendahuluan Emotional Intelligence

Emotional Intelligence (EI) atau kecerdasan emosional adalah konsep yang pertama kali dipopulerkan oleh psikolog Daniel Goleman melalui bukunya yang berjudul Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ pada tahun 1995. Dalam buku ini, Goleman menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) semata, tetapi juga oleh kemampuan mengelola emosi, membangun hubungan, dan memahami perasaan diri sendiri maupun orang lain. Teori ini memberikan pandangan baru bahwa kecerdasan emosional dapat menjadi indikator kesuksesan yang lebih baik dibandingkan IQ.

B. Definisi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri, serta kemampuan untuk mengenali dan memengaruhi emosi orang lain. EI melibatkan aspek kognitif dan emosional yang saling terkait, sehingga individu mampu membuat keputusan yang bijaksana dan membangun hubungan interpersonal yang harmonis.

C. Lima Komponen Utama Kecerdasan Emosional
Daniel Goleman membagi kecerdasan emosional menjadi lima komponen utama:
-Kesadaran Diri (Self-Awareness): Kemampuan mengenali emosi diri sendiri, memahami bagaimana emosi tersebut memengaruhi pikiran dan perilaku, serta menyadari kekuatan dan kelemahan diri.
-Pengelolaan Diri (Self-Regulation): Kemampuan mengendalikan emosi, menghindari tindakan impulsif, dan beradaptasi dengan perubahan. Ini termasuk kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan.
-Motivasi (Motivation): Dorongan internal untuk mencapai tujuan, termasuk semangat, komitmen, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan.
-Empati (Empathy): Kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain serta meresponsnya dengan cara yang sesuai.
Keterampilan Sosial (Social Skills): Kemampuan membangun hubungan yang positif, berkomunikasi dengan efektif, dan bekerja sama dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial.

D. Pentingnya Kecerdasan Emosional
Goleman berpendapat bahwa kecerdasan emosional memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, keluarga, dan komunitas. Di tempat kerja, EI membantu seseorang menjadi pemimpin yang efektif, mampu menyelesaikan konflik, dan membangun tim yang produktif. Dalam kehidupan pribadi, EI memungkinkan seseorang membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna.

E. Perbedaan dengan IQ
Goleman menekankan bahwa IQ dan EI memiliki peran yang berbeda. IQ lebih terkait dengan kemampuan kognitif, seperti logika, pemecahan masalah, dan kemampuan analitis. Sebaliknya, EI berfokus pada aspek emosional dan sosial yang mencakup kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi. Penelitian menunjukkan bahwa EI sering kali lebih relevan dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam kehidupan nyata dibandingkan IQ

F. Kritik terhadap Teori Goleman
Meskipun teori Goleman mendapat banyak dukungan, ada juga kritik yang dilontarkan terhadap konsep ini. Beberapa kritikus berpendapat bahwa EI sulit untuk diukur secara objektif dan sering kali terlalu luas untuk dianggap sebagai satu konsep tunggal. Selain itu, beberapa akademisi mempertanyakan validitas teori ini dalam konteks ilmiah, menganggapnya lebih bersifat populer daripada empiris.

G. Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Kecerdasan emosional dapat dikembangkan melalui latihan dan refleksi diri. Beberapa cara untuk meningkatkan EI meliputi:
-Meningkatkan kesadaran diri melalui meditasi atau jurnal emosi.
-Melatih empati dengan mendengarkan orang lain secara aktif.
-Mengendalikan emosi dengan teknik pernapasan atau manajemen stres.
-Meningkatkan keterampilan sosial melalui komunikasi yang efektif dan kerja sama tim.

H. Relevansi di Era Modern
Di era globalisasi dan digital, kecerdasan emosional semakin relevan. Kemampuan untuk berempati dan berkomunikasi menjadi kunci dalam membangun hubungan lintas budaya. Selain itu, di tempat kerja yang semakin kompleks, EI membantu individu mengelola tekanan dan dinamika tim yang beragam.

I. Latar Belakang Teori Kecerdasan Emosional
Sebelum Daniel Goleman mempopulerkan istilah Emotional Intelligence (EI), konsep ini sudah muncul dalam dunia psikologi melalui penelitian Peter Salovey dan John Mayer pada awal 1990-an. Goleman memperluas konsep tersebut, menekankan bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari dan memiliki dampak signifikan pada kehidupan pribadi, sosial, dan profesional seseorang. Teori Goleman menjadi landasan baru yang menggugah perhatian luas karena berfokus pada pentingnya emosi dalam membentuk perilaku manusia.

J. Konteks Perkembangan Kecerdasan Emosional Goleman menghubungkan kecerdasan emosional dengan perkembangan otak manusia, khususnya interaksi antara sistem limbik (pusat emosi) dan neokorteks (pusat pemikiran rasional). Menurutnya, manusia yang mampu mengelola hubungan antara kedua bagian ini lebih cenderung sukses dalam menghadapi tantangan kehidupan. Teori ini juga mencakup bagaimana pengalaman awal dalam keluarga, pendidikan, dan lingkungan sosial dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengelola emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun