Mohon tunggu...
Zeko Pasrito
Zeko Pasrito Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wira Usaha

Menulis , Sepakbola dan Bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meninggalnya Lukas Enemba Karena Komplikasi Penyakit, Bukan Diracun Polonium

27 Desember 2023   18:47 Diperbarui: 27 Desember 2023   18:48 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Dokumentasi Wikipedia 

Meninggalnya Lukas Enembe karena Komplikasi Penyakit, Bukan Diracun Polonium

Pada tanggal 26 Desember 2023, Gubernur nonaktif Papua, Lukas Enembe, meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, akibat komplikasi jantung, ginjal, dan stroke. Namun, kelompok separatis United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Orgasnisasi Papua Merdeka (OPM) melontarkan tuduhan bahwa Lukas Enembe meninggal dunia karena dibunuh oleh pemerintah Indonesia menggunakan racun polonium dengan tujuan untuk memanfaatkan kematian Lukas Enembe sebagai alat propaganda dan provokasi untuk memicu konflik dan ketegangan di Papua. Mereka berusaha mengabaikan fakta-fakta medis yang menyatakan bahwa Lukas Enembe meninggal karena penyakit yang sudah lama dideritanya.

Kabar meninggalnya Lukas Enembe dibenarkan oleh Kepala RSPAD Letjen TNI Albertus Budi Sulistya. Menurut Albertus, Lukas Enembe menghembuskan nafas terakhir pada pukul 10.45 WIB. Kronologi meninggalnya Lukas Enembe juga telah dijelaskan oleh kuasa hukumnya, Antonius Eko Nugroho. Lukas Enembe sempat terjatuh dan kemudian diberikan tindakan medis, namun nyawa Lukas Enembe tidak bisa diselamatkan. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh keluarga Lukas Enembe. Oleh karena itu, tuduhan bahwa pemerintah Indonesia terlibat dalam pembunuhan Lukas Enembe tidak memiliki dasar yang kuat.

Dikarenakan kondisi kesehatan, Lukas Enembe yang berstatus terpidana kasus koupsi telah melaksanakan penangguhan penahanan sejak tanggal 24 Oktober 2023 agar bisa fokus pada perawatan kesehatannya. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Penindakan dan Kelembagaan KPK, Ali Fikri. Selama penanganan medis Lukas Enembe, KPK bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan tim dokter dari RSPAD. Selain itu, Lukas Enembe juga dirawat oleh dokter dari Singapura, sudah dalam perawatan medis yang intensif. Sehingga tidak ada hubungan meninggalnya Lukas Enembe dengan kasus korupsi yang menjeratnya.

Akan tetapi perlakuan kelompok separatis ULMWP dan OPM terhadap mantan Gubernur Papua yang sudah meninggal ini sangat TIDAK BERPERIKEMANUSIAAN DAN JAUH DARI KATA BERADAB. Mereka mencoba menggunakan Lukas Enembe sebagai alat politik semata-mata untuk kepentingan kelompok mereka sendiri. Padahal, ketika Lukas Enembe masih hidup dan menjabat, Lukas Enembe seringkali diperas oleh kelompok separatis tersebut untuk mendapatkan uang dan menyelewengkan dana otonomi khusus (Otsus) untuk kepentingan pribadi dan kelompok mereka. Mereka bahkan menggunakan dana tersebut untuk membiayai aksi demo dan membeli senjata, bukan untuk kepentingan rakyat Papua.

 Dalam kondisi seperti ini, sangat penting bagi kita untuk tetap waspada dan tidak mudah terprovokasi oleh tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar yang dilancarkan oleh kelompok separatis tersebut. Kita perlu menghormati proses hukum dan fakta medis yang menyatakan bahwa Lukas Enembe meninggal karena komplikasi penyakit. Sebagai masyarakat, kita harus tetap menjaga perdamaian dan menghindari konflik yang dapat merugikan banyak pihak. Kita harus berfokus pada upaya untuk menciptakan kondusifitas di Papua dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua secara keseluruhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun