Mohon tunggu...
Ulee Z
Ulee Z Mohon Tunggu... -

Hanya Seorang Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemelintiran Berita

24 Februari 2010   11:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:45 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik mencermati fokus berita beberapa pekan terakhir tertutama yang
berhubungan dengan pers -- dan memang semua adalah berkat suguhan pers ke
hadapan pasar. Sejak seteru antara Luna dan awak media infotainment, heboh
"RUU Nikah Sirri", kontroversi "RPM internet" nya Menkominfo, hingga issue
gender dalam kasus Twitter Mario Teguh. Coba kita lihat kasus terakhir yang
saya kita tidak terlalu rumit dan tidak berpanjang-panjang. Mari perhatikan
kutipan dari sebuah milis:

*tweet MTSC*;
"Wanita yang pantas untuk teman, pesta, clubbing, begadang sampai pagi,
chitcat yang snob, merokok dan mabuk, tidak mungkin direncanakan jadi
istri."

tulisan *detikcom* news;
perempuan perokok, dugem, suka mabuk, begadang, dan sebagainya tidak layak
untuk dinikahi.

Jelas terjadi pemelintiran berita di sini dan anak SD pun tahu kedua berita
di atas hanya sepintas sama, tapi jelas perbedaannya. Uniknya, ada lontaran
Menkominfo yang terjadi ketika menanggapi kontroversi RPM internet, yang
belakangan ditanggapi oleh Bagir Manan, yang cocok untuk menggambarkan kasus
Mario Teguh (MT): Wartawan memelintir berita demi mencari sesuap nasi (atau
kurang lebih demikian).

Kalo bukan memelintir lalu apa namanya sehingga bisa berbeda antara sumber
asli dan hasil pemberitaan?

Kalo sudah begini mana bisa pers masih tetap dianggap salah satu pilar
demokrasi? Kalo memang seharusnya demikian tentu yang dimaksud adalah pers
yang menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran!

Saya bersyukur MT berbesar hati untuk "mengalah" dan meminta maaf sehingga
tidak berkepanjangan sebagaimana kasus Luna. Super pak Mario! Jangan ragu
untuk tetap menyitir Al-Quran dan Hadis dalam wejangan anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun