Mohon tunggu...
Zein Fadhlurrahman
Zein Fadhlurrahman Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pemuda di Pinggir Jalan, Refleksi Sesaat di Hari Sumpah Pemuda

29 Oktober 2014   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:23 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda adalah penggerak dari setiap perubahan yang terjadi, pemuda adalah tonggak bagi kemajuan sebuah negara, dan pemuda adalah harapan di dalam kehidupan, kehidupan yang sudah berjalan selama berjuta tahun, dan pemuda adalah titik terang di dalam semua kegelapan yang telah ada selama ini. Titik yang selalu di cari walau berada di dalam kehampaan.

86 Tahun yang lalu kita diingatkan oleh sekelompok pemuda yang berani bersumpah tentang kesatuan tumpah darah, kesatuan bangsa, dan kesatuan berbahasa, Indonesia. Sekelompok pemuda yang menggunakan masa mudanya untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya sendiri. Pemuda dengan semangat menggelora, menahan rasa sakit dari tarikan otot saat mengeluarkan kata – kata impian yang terus mengalir di dalam darah setiap pemuda yang hidup di era itu. MERDEKA. 86 Tahun nampaknya adalah waktu yang cukup lama untuk menghapus cerita - cerita kebangsaan di kalangan pemuda yang hidup di era kekinian, era yang sudah tidak lagi mepermasalahkan makna, melakukan apapun walaupun hanya sekedar suka, era yang sudah tidak lagi peduli dengan keadaan negeri. Individualis, bergerak sendiri untuk memajukan diri sendiri.

Kehidupan pemuda dewasa ini ibarat jalan yang terbentang lebar dipenuhi dengan ratusan, ribuan, bahkan jutaan kendaraan yang mempunyai tujuannya masing – masing. Berlawanan arah, bersinggungan, bahkan kadang sampai bertabrakan antara satu dengan yang lain.

Diibaratkan dengan kehidupan, Jalan juga seringkali mengajarkan kita ( Pemuda ) tentang arti dari kesabaran yang di ajarkan oleh 3 lampu yang biasanya terletak di ujung percabangan jalan, dan seringkali juga kita diperlihatkan dengan orang - orang yang tidak bisa menerima pelajaran dari arti sabar, orang yang menerobos lampu lalu lintas. Pemuda Indonesia sudah tidak lagi mengerti tentang pentingnya kesabaran, jangan besar bicara dulu tentang sebuah bangsa yang akan maju beberapa tahun lagi, berbicara tentang menunggu 3 lampu yang tidak lebih lama dari 3,5 tahun menunggu kemerdekaan dari jajahan imperial jepang saja pemuda tidak bisa melakukannya.

Masih di dalam jalan, pemuda diajarkan untuk berfikir bersih tanpa rasa kesal dan amarah yang begitu dalam, memaafkan saat bersinggungan dengan kendaraan lain harusnya bisa dilakukan dengan mudah, hal yang sebenarnya kecil dan bisa diselesaikan secara bersama.

Di jalan, beberapa jalan, kita juga melihat orang dengan jasa yang besar namun dihargai kecil oleh orang banyak. Petugas pintu kereta api, petugas kebersihan, dan masih banyak lagi orang – orang yang bahkan tidak pernah ditanya apa harapan mereka untuk negara Indonesia kedepannya, mereka hanya berfikir tentang tindakan nyata, besar, dan bermakna bagi semua orang. Sangat miris ketika pemuda dengan wacana saja sudah berani menghayal banyak bahwa Indonesia akan maju karena mereka. Pemuda di era ini harus tau bahwa Indonesia akan maju bukan karena wacana yang dimiliki oleh setiap pemuda, tapi maju karena tindakan yang dilakukan oleh mereka.

Terkadang, kita harus mengambil jalan lain saat jalan yang kita tempuh sedang tidak bisa dilewati, berbalik arah dan memutar jauh. Seperti kehidupan seorang pemuda yang harus mengambil jalan hidup lain saat jalan yang sedang dijalani tidak sesuai harapan. Sayangnya, bukan jalan putar yang diambil melainkan jalan pintas, Menerobos paksa walau bayarannya adalah diri sendiri. Pemuda sering mencari kesenangan hidup lain saat hidup mereka sedang dihadapkan pada suatu masalah, jalan pintas yang sebenarnya tidak lebih baik dari jalan yang sedang diperbaiki. Itulah pemuda kita, daya juang untuk meraih tujuan sangat jauh jika dibandingkan dengan pemuda 86 tahun yang lalu ketika sumpah pemuda disuarakan, sumpah yang bisa mempersatukan semua pemuda di seluruh pelosok daerah di Indonesia.

Di jalan, kita juga melihat orang – orang yang berusaha keras mendapatkan uang untuk melanjutkan kehidupannya, melihat tumpukan sampah yang menggunung, melihat masalah – masalah nyata yang dimiliki oleh negeri ini. Masalah yang harus diselesaikan segera oleh pemuda, harapan dari sebuah Negara.

Sayangnya, di jalan, tepatnya di pinggir jalan seringkali juga kita menemukan pemuda yang ragu untuk menyebrang jalan, takut untuk melawan gelombang kendaraan. Berbeda dengan pemuda 86 tahun yang lalu, pemuda yang langsung memasuki jalan tanpa ragu untuk mencapai tujuannya, menghadapi apa yang dia rasa sebagai masalah, walaupun ketika dia memasuki jalan banyak kemungkinan untuk terluka parah sampai mengeluarkan darah, bahkan sampai menaruhkan nyawa untuk memasuki dan melewati jalan yang penuh dengan kendaraan lain, penuh dengan pelajaran, dan penuh dengan masalah.

86 tahun sudah pemuda Indonesia mencari arti dari pentingnya " Sumpah Pemuda " dan silih berganti pula pemuda dari dekade ke dekade mencoba mengulang nuansa nasionalisme saat deklarasi kesatuan yang dicetuskan para pemuda Indonesia. Pada akhirnya, pilihan kembali lagi kepada kita ( Pemuda ), apa kita ingin menjadi pemuda yang hanya diam di pinggir jalan? melihat semua masalah yang ada di dalam jalan? Atau kita ingin menjadi pemuda yang masuk ke dalam jalan? Berjuang dengan seluruh tumpah darah untuk mempertahankan kesatuan Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun