Mohon tunggu...
Zeinal26
Zeinal26 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

anak yang senang mengamati sekitarnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mindset

27 April 2023   13:27 Diperbarui: 27 April 2023   13:29 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengapa Manusia Berbeda-beda?
Sejak semula, manusia berpikir secara berbeda, bertindak secara berbeda, dan menjalani hidup secara berbeda. Tentu akan ada orang yang bertanya mengapa manusia berbeda-beda; Mengapa sebagian orang yang lebih cerdas atau lebih bermoral, dan apakah ada sesuatu yang membuat mereka berbeda secara permanen.

Para ahli pada umumnya terbagi dua kubu. Sebagian menegaskan bahwa perbedaan-perbedaan ini dilandasi adanya perbedaan secara fisik yang tak terhindarkan dan tak bisa diubah. Seiring berjalannya waktu, dugaan perbedaan-perbedaan fisik ini meliputi tonjolan-tonjolan di tengkorak (frenologi), ukuran dan bentuk tengkoraki (kranologi), dan sekarang gen.

Ahli lainnya menyebutkan perbedaan-perbedaan kuat ini karena latar belakang, pengalaman, pelatihan, atau cara belajar manusia. Mungkin Anda terkejut jika mengetahui bahwa tokoh utama pandangan ini adalah Alfred Binet, pencipta tes IQ. Bukankah tes IQ dimaksudkan untuk mengikhtisarkan kecerdasan anak-anak yang tak bisa diubah? Sebenarnya, tidak.

Binet, orang Prancis yang bekerja di Paris pada awal abad ke- 20, merancang tes ini untuk mengidentifikasi anak-anak yang sedemikian kurang mendapat manfaat dari sekolah-sekolah umum di Paris , sehingga program-program pendidikan baru dapat dirancang untuk mengembalikan mereka pada tujuan semula. Binet tak menyangkal ada perbedaan-perbedaan individual pada intelek (kemampuan mental) anak-anak, tapi dia percaya bahwa pendidikan dan latihan dapat mengubah inteligensi manusia secara mendasar. Mari kita simak kutipan dari salah satu buku terpentingnya, Modern Ideas About Children yang melukiskan upayanya bersama ratusan anak-anak yang mengalami berbagai kesulitan belajar:

Beberapa filsuf modern menegaskan bahwa inteligensi individu adalah kuantitas yang tetap, kuantitas yang tak bisa ditingkatkan. Kita harus memprotes dan bereaksi melawan pesimisme brutal ini; Dengan praktik, pelatihan, dan yang terpenting metode yang tepat, kita dapat meningkatan perhatian, memori, penilaian kita, dan tentu saja menjadi lebih cerdas daripada sebelumnya.

Siapa yang benar? Saat ini sebagian besar pakar sepakat bahwa kecerdasan bukanlah ini atau itu. Itu bukanlah sifat bawaan (nature) atau hasil binaan (nurture), gen atau lingkungan. Dan konsepsi ini ada proses memberi dan menerima yang terus berlangsung di antara keduanya. Sebagaimana dikatakan ahli saraf terkemuka Gilbert Gottlieb, gen dan lingkungan sebenarnya tidak sekadar bekerja sama seiring dengan perkembangan kita, tetapi gen juga membutuhkan masukan dari lingkungan untuk dapat bekerja secara tepat.

Pada saat yang sama, para ilmuwan mempelajari bahwa manusia memiliki kemampuan yang lebih untuk belajar seumur hidup dan mengembangkan otak mereka daripada yang mereka kira selama ini. Tentu saja, setiap orang memiliki anugerah genetika yang unik. Manusia mungkin memulai dengan tempramen bakat yang berbeda, tetapi jelas bahwa pengalaman, pelatihan, dan upaya personal menentukan jalan mereka selanjutnya. Guru inteligensi mutakhir Robert Sternberg menulis bahwa faktor terpenting yang menentukan bagaimana seseorang mencapai keahlian tertentu "bukanlah kemampuan yang sudah melekat sebelumnya, melainkan usaha keras dengan maksud yang jelas. Atau, sebagaimana diakui pendahulunya, Binet, orang yang pada awalnya cerdas tidak selalu menjadi yang paling cerdas pada akhirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun