some of your photos are about the clouds. what do you think so strangely about the clouds if i can ask?
I spend a lot of time thinking about useless things. When I look at the blue skies, and when I look at the clouds, I wonder if they are happy, I wonder how they feel to be up there, I wonder why they always seems to fade away, I wonder if they think strangely about us too when they look down on earth. There is just endless string of thoughts I have about them. Looking at the clouds is one of little things that actually make me happy. -- Paragraf pertama diatas adalah sebuah pertanyaan di sebuah site Anda-bertanya-saya-menjawab milik saya dan paragraf kedua adalah jawaban pribadi saya. Dan sejauh ini, pertanyaan di atas adalah pertanyaan terfavorit yang pernah saya dapatkan. Mengapa? Karena dia, yang entah siapa orangnya, bertanya tentang salah satu hal terindah ciptaan-Nya bernama langit atau awan. Clouds yang dalam Bahasa Indonesia berarti awan-awan dan langit, adalah salah satu dari sekian banyak objek foto favorit saya. Entah mengapa, setiap pertama kali saya menginjakan kaki dari rumah maka yang akan pertama kali saya tengok adalah langit. Langit, objek fantasi yang berupa hamparan permadani tak terukur luasnya dihiasi benda cantik seperti bantal - bantal empuk bernama awan. Di siang hari kadang mereka saling bermain, men-subtitusi dirinya ke dalam bentuk-bentuk lain. Terkadang mereka bermain menjadi binatang, huruf atau seperti magnet ajaib lambang kuasa Tuhan yang tak pernah bisa di imajinasikan. Emosinya tercoret oleh warna. Birunya langit tentu membuat setiap orang merasa bahagia. Adakah yang tidak gembira menatap biru dan putih di atas sana? Coba tengok sebentar. Itu indah. Bahkan untuk saya, warna mereka lebih dari itu dan mereka terlihat lebih indah. Warna alaminya tak mampu berbohong, bahkan untuk sebuah fantasi. Cerahnya warna dengan sucinya putih membuat saya mampu bernafas dengan ketentraman, menghasilkan ribuan fantasi negeri dongeng untuk cerianya duniawi. Langitpun bisa bersenandung. Kidung hujannya berdenting sempurna yang terkadang diiringi sebuah genderang bernama Guntur atau kilatan lensa seperti Petir. Untuk sebuah suasana dingin dan damainya menina-bobokan semua makhluk bernyawa yang lelah akan dunia pribadinya. Itu adalah nyanyian alami dari Tuhan untuk seluruh umat manusia. Lalu tengok malam. Ada berlian alami yang selalu berkedip manja dengan biasnya. Ibu Bulan pun rela menyinari gulitanya malam dengan bermacam-macam bentuknya disaat jiwa-jiwa yang bernaung dibawahnya tak peduli dan hanya ingin segera memejamkan mata seakan tak pernah menyadari bahwa kedamaian selalu tercipta saat kita melihat bulan dengan sinarnya. Kedamaian itu bahkan ada ketika kita hanya merebah di hamparan rumput, memandangnya dengan mata telanjang dan menyebut namaNya untuk sebuah rasa syukur. Mereka dan Dia.. membuat fantasi saya tak berlimit. Untuk bintang - bintang yang menari disana yang memberikan ribuan imajinasi untuk insan manusia. Tak ubahnya makhluk bernyawa, mereka pun bisa marah, menghitam bahkan sakit hingga pucat pasi. Coba bernafas lagi. Hirup udara disaat mereka hitam. Berat sekali rasanya melakukan hal termudah yang kita lakukan karena ada jutaan racun yang ikut disana. Dan saya, saya yang lainnya dan mungkin anak - anak kecil tak mampu lagi berfantasi tentang indahnya sebuah ciptaan Tuhan Maha Dasyat yang tak mampu kita beli. Sudikah kita merusak indahnya hamparan itu? Tegakah kita merusak fantasi makhluk aneh seperti saya, atau makhluk lucu tak berdosa seperti anak-anak kecil yang masih ingin bermain dengan riang di bawahnya dengan oksigen utuh tanpa racun yang terbawa? Tidakkah kita, manusia, terlalu egois untuk tidak peduli dengan atap yang menaungi kita padahal Tuhan rela selalu memeliharanya untuk kita? Mungkin sudah saatnya kita peduli untuk menjaganya. Menjaga keindahan dongeng negeri di awan dan sebuah atap dunia yang manusia bahkan tak mampu membuatnya dan membetulkannya jika rusak. Jangan jadikan sesal ada di belakang hari selagi kita masih bisa melakukan hal sederhana untuk menjaganya. Sesederhana menjadikan itu sebagai bentuk rasa syukur kita atas sebuah payung yang menaungi kita, menaungi dunia dengan keindahan benda-benda ajaib dan kealamian warnanya. Biarkanlah anak-anak kecil bermain riang dibawahnya. Membuat ribuan dongeng tentang indahnya Bulan, Bintang dan sebuah negeri di awan. Biarkan mereka menyadari bahwa ini lah karunia Tuhan yang tak ternilai harganya. "....Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS Fushshilat : 12) *Manhattan, 8 Juni 2010 10:24 am. Foto terakhir adalah milik teman saya dalam gallerynya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI