17:20
Mentari mulai lelah menunggu. "Sepertinya dia akan telat lagi" ucapnya pelan. Sudah waktunya ia pulang, tubuhnya mulai lemas mengeluarkan setiap tenaga yang ia punya hampir dua belas jam lamanya.
"Senja, ayo cepat datang. Seperti dahulu waktu kita masih sering bermanja" pinta Mentari dalam hati.
Sudah 10 menit, Awan sudah mulai mengarak menuju rumahnya. Ah, Senja kemana? Kasian Mentari, ia sepertinya sudah mulai lelah membagi biasnya.
"Mungkin 10 menit lagi" gurau Mentari meyakinkan diri.
Dilihatnya sekelilingnya, tak ada Pelangi yang biasa muncul dikala Senja telat datang. Sudah lama Pelangi absen sejak Desember mulai mengambil jatah cutinya sampai setahun kedepan. Mentari mulai lelah, mulai berwarna jingga. Ia hanya mampu terduduk bisu sambil menunggu. Menunggu datangnya Senja yang belum tiba juga.
"Maaf aku telat" ucap Senja tergesa-gesa.
Mentari tatap tajam mata Senja tanpa bicara. Senja masih saja terpukau oleh sinar mata jingganya walau sudah mulai pudar. Senja selalu suka Mentari di sore hari. Pipi merah dan sinar matanya seperti kanvas lukisan alami yang menciptakan jutaan inspirasi. Tapi kini pipi Mentari sudah tak memerah lagi, mulai pucat pasi.
"Tak seindah biasanya, mungkin dia sudah sangat lelah" ujar Senja dalam hati.
Mentari mulai bergerak perlahan, mendekati Senja yang mulai mendekati posisinya. Mereka semakin dekat sampai hening tercipta saat Matahari dan Senja berjarak hanya satu centi saja.
"Aku pamit, mumpung Awan masih berarak. Sampaikan salam untuk Bulan"