Mohon tunggu...
Zeina Deschannel
Zeina Deschannel Mohon Tunggu... -

Z for Apple

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Agenda

26 Juni 2010   16:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:16 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemarin hujan besar, gelap diiringi petir menakutkan. Mata terbangun lebih pagi dari alarm yang sengaja di set agar tidak telat masuk kantor karena ada fire drill. Hujan besar ditambah alasanya hanya fire drill membuat malas masuk kantor. Tapi lagi-lagi Tracy mengingatkan ada fitting untuk esok harinya.

Pagi yang hebat. Angin mengamuk hingga payung terlepas. Berlari-lari kecil untuk mengejarnya ternyata sia-sia hingga akhirnya malah berteduh di trotoar. Sambil merapikan diri, anak kecil bermata sipit nan cantik memperhatikan dengan seksama. Merasa ada yang mengawasi, akhirnya aku senyumi. Dia tersenyum lagi sambil memberi sehelai tissue. Aku ambil niat baiknya lalu dia berkata "Selalu ada payung baru di luar sana. Bertahan". Sejenak terdiam lalu ponsel bergetar karena sebuah pesan.

"Bapak masuk rumah sakit"

____

Alarm berbunyi lagi di jam 8 hari Sabtu pagi. Bangun dengan tubuh super lemas dan kesal karena akhir minggu masih harus kerja padahal tadi malam baru tidur jam tiga. Hampa, terasa sangat sendiri. Tidak ada kabar gembira di minggu ini. Cerita hanya kerja, kerja, kerja. Ayo bangun jangan telat, kata Tracy. Bangun, mandi lalu kopi kopi, aku mau kopi. Tracy berisik sekali pagi-pagi. Harus pakai baju ini sepatu itu juga makeup. Hah diam! Diam!  Sabtu hari libur untuk kulitku. Nanti juga ada yang melukis wajah ini dengan sapuan-sapuan liqiud kimia perona pipi lalu kelopak mata yang dibuat warna-warni. Hey taxi datang, ayo masuk ke dalam jok belakang dan duduk lega. Mainkan sedikit lagu, pasang kabel ditelinga lalu pandangan buyar buyar hingga oh aku tertidur.

_

Jam 9.30 malam Minggu. Selesai sudah kilatan cahaya menyilaukan mata itu. Masih belum ada kabar gembira dan masih merasa sendiri. Tempat tidur! Aku hanya mau tempat tidur. Tidak-tidak, tidak ada kumpul-kumpul minum kopi dengan alasan nonton piala dunia bersama atau pergi ke ruangan gelap untuk berdansa gila. Aku mau bantal, Tracy. Aku mau tidur.

Pergi kabur saja dari Tracy. Menyelinap keluar lalu matikan ponsel, beres. Ayo pulang, sudah malam. Taxi? Ah ini kan malam minggu. Jalan-jalan saja dulu mengamati kota. Siapa tau ada kesenangan. Siapa tau tidak sendiri lagi. Ya ya ya, ayo berjalan sampai ujung jalan keramaian. Pusat kota ini selalu ramai, ada wisatawan yang berkumpul di depan pusat perbelanjaan untuk makan es krim satu dollar. Ada remaja-remaja yang mengamati saat aku melangkah lalu berbisik-bisik halus ke teman di sebelahnya. Ada pasangan muda-mudi yang berpelukan, duduk berduaan, bergandengan tangan saat menyebrang, bercanda gurau diakhiri gregetan dan ciuman. Haha, ini masih terlalu sore kawan.

Oh oh, ada atm. Teringat omongan si cerewet Tracy tadi pagi yang memintaku mengecek saldo atm. Sempatkan dulu lah mumpung tak ada antrian panjang. Dompet ini susah dicari terselap-selip di dalam tas. Kartu warna silver, tarik dan masukan. Tat tit tut, pencet password lalu balance inquiry . Hah. Diam tertegun sebentar. Ini dia hasil kerja kerasku dalam sebulan dalam bentuk nominal. Mengapa harus dalam bentuk uang? Mengapa tidak dalam bentuk kesenangan? Oh lupa. Katanya kesenangan bisa dibeli dengan uang. Tapi sayangnya kesendirian tidak bisa ya. Sudah, sudahi transaksi ini lalu berjalan lagi. Hap hap.

Oh ada yang memanggil! Berbasa-basi sebentar dulu. Haha ya sudah tertebak. Pertanyaan kenapa malam minggu sendiri tidak ditemani laki-laki sudah bertahun-tahun jadi langganan telinga. Haha dia kaget aku baru pulang kerja. Sabtu? Jam sepuluh malam baru selesai? tanyanya. Iya. Gila? Ya begitulah. Hidup harus kerja keras kata nenek moyang kita bukan? Sudah ya, selesai basa-basinya. Aku haus. Cari minum, cari minum.

Mini market dua angka. Ya cari disitu. ARRRGH!! Tangganya terlalu curaaaam. Aku agak goyah di ujung tangga dengan sepatu hak delapan centi tingginya. Ah sakit. Hemh, tidak terlalu sih tapi malu. Semua mata seperti tertuju padaku. Masa bodoh. Minum-minum. Ah, bodoh. Masa gelasnya habis. Ya sudah minuman teh berbotol rasa apel saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun