Mohon tunggu...
zainul mustofa
zainul mustofa Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas Negeri Malang Jurusan Fisika

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak Seorang Pendidik

27 Agustus 2016   17:21 Diperbarui: 27 Agustus 2016   17:27 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap langkah kehidupan pasti akan meninggalkan jejak. Jejak yang terukir bergantung pada keinginan dan keputusan yang kita ambil dalam mengarungi kehidupan. Keputusan yang tepat dan benar akan menghasilkan jejak yang indah dan mudah untuk diingat. Namun demikian, jejak yang salah bukan berarti tidak bermanfaat, karena jejak yang salah bisa jadi merupakan salah satu petunjuk/hikmah menuju perbaikan. Iya, perbaikan langkah yang benar menuju jalan yang lurus dengan jejak yang bagus. Perlu kita ingat bahwa tiada jejak yang indah tanpa pengorbanan dan sangat mungkin pengorbanan itu hingga mencurahkan air mata. Mengukir jejak indah dalam setiap jengkal kehidupan bagi setiap orang merupakan tujuan utama sebelum mereka tidak mampu lagi melangkah di dunia.

Jejak-jejak yang indah pada waktunya akan membangun deretan kata yang dapat bercerita dengan sendirinya. Sangat mungkin cerita yang tergambar menjadi berliku-liku yang pada akhirnya mampu menginspirasi orang lain. Sebagaimana tuntunan hidup, bahwa sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain, cerita pun juga demikian. Suatu ungkapan yang sungguh indah dan menakjubkan dari sebuah petunjuk menjalani kehidupan yang penuh rintangan.

Memberikan sebagian apa yang kita miliki merupakan suatu kebahagian tersendiri. Suatu kebahagian yang tak ternilai hanya dengan sekedar materi duniawi. Kadang lemahnya raga tak mampu merobohkan cita atau keinginan yang terpendam. Untuk mengkikis semangat juang membesarkan jiwa, membimbing insan, hingga menunjukkan jalan kehidupan yang mulia. Tak kenal lelah, menuntun perjuangan generasi bangsa.

Bagaimana mungkin bermanfaat bagi orang lain tanpa melakukan pengorbanan!. Pertanyaan yang kini menjadi motivasi saya dalam menjalani kehidupan. Kita tidak pernah tahu kapan dan dimana kita akan mengakhiri kehidupan. Namun bukan itu esensi dari kehidupan, esensi kehidupan merupakan seberapa besar amalan untuk terlibat dalam setiap jenggal kebaikan. Selalu teringat dalam setiap langkah kehidupan bahwa orang baik pergi, meninggalkan tangis, sedangkan orang jelek pergi, meninggalkan kebahagian. Iya, saya ingin jadi orang yang membuat kalian semua menangis, menangisi kepergian.

Kebermanfaatan haruslah mampu menembus dinding perbedaan. Seberapa besar kebermanfaatan bergantung curahan pikiran yang kita gunakan. Seorang petani yang hanya dapat mencangkul dan sebagai buruh, akan memiliki nilai kebermanfaatan yang lebih kecil lingkupnya daripada petani yang mampu memberikan ide-idenya untuk mengolah dan memanfaatkan tanah, perkebunan dengan lebih baik. Begitu pula kita, melalui ilmu yang kita peroleh, kita dapat mengembangkan ide-ide yang mampu mengubah dunia menjadi lebih baik sesuai bidang yang kita tekuni. Maka, berusahalah meraih itu, yaitu bermanfaat untuk semua orang sesuai dengan bidangmu.

Pendidikan adalah jembatan, yaitu jembatan masa lalu dan masa depan untuk membangun peradaban. Keberhasilan masa lalu dalam menyelesaikan permasalahan, telah banyak menginspirasi kehidupan sekarang. Seperti, halnya teori hakekat cahaya, penemuan masa lalu oleh Newton dan Huygen, nampaknya sekarang menjadi hal yang konyol, tetapi tidak demikian, melalui masa lalu itu kita dapat mengambil pelajaran. Tanpa masa lalu, peradaban besar tidak akan terbangun dengan kokoh. Tanpa kedua Ilmuwan tersebut, mungkin sekarang kita tidak dapat menikmati perkembangan teknologi sekarang ini. Perlu bagi kita selalu berterima kasih pada generasi terdahulu, yang telah membuka cakrawala pengetahuan alam.

Fakta di alam semesta merupakan bagian kebesaran Tuhan yang maha Esa. Memahami fenomena alam yang kompleks dan luas memberikan gambaran pada kita, bahwa kita sebenarnya adalah makhluk yang sangat kecil. Perlunya memahami alam, membawa kita pada hakekat hidup untuk selalu memuji kebesaran Robbi Illahi, Allah SWT. Penggambaran kejadian alam telah berlangsung sejak dahulu, zaman sebelum masehi dan terus berlanjut hingga sekarang. Perenungan terhadap kejadian alam menuntun kita, menjadi manusia yang sadar derajat, dan berusaha untuk menjalani kehidupan sebaik mungkin.

Hukum-hukum yang menjelaskan fenomena alam, menunjukkan bahwa keteraturan dan keberaturan alam memberikan banyak faedah dalam kehidupan. Diciptakannya pesawat terbang karena memahami prinsip burung, diciptakannya kapal selam terinspirasi dari ikan merupakan sebagian kecil hasil perenungan umat terhadap kejadian alam yaitu sunatullah. Berangkat dari fenomena dan memaknai faedah apa yang ada, mengantarkan pada kita bahwa kebermanfaatan merupakan esensi penting dalam kehidupan. Dunia pendidikan memberikan peluang yang besar untuk memaksimalkan arti dari suatu kebermanfaatan. Sebagai salah satu jalan mengukir jejak-jejak yang indah tak terlupakan.

Agama, norma, dan ilmu pengetahuan merupakan urutan pedoman dalam menjalani rangkai-an kehidupan. Dengan selalu mengaitkan agama sebagai alasan utama untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam kehidupan, menjadikan kita manusia yang pantas menjadi khalifah di Bumi. Terus berkarya untuk membangun bangsa yang beradab merupakan dedikasi yang tak ternilai harganya. Mengkokohkan tekad, menjalani dengan semangat, dan memberikan dengan ikhlas, kunci keberhasilan di dunia dan akherat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun