Mohon tunggu...
Zein M Muktaf
Zein M Muktaf Mohon Tunggu... -

Suka menjalin pertemanan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kangen Desaku

22 Oktober 2011   07:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:38 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga saat ini saya selalu merindukan desa kelahiranku, di Desa Karangtalun, Cilacap, Jawa Tengah. Rindu akan segalanya, seperti bau tanah liat, gemericik air dari irigasi sawah, suara jangkerik di malam hari, dan tentu saja orang tua saya yang saya sayangi. Saya sekarang sudah hidup di kota besar, mencari nafkah dan berkeluarga. Namun saya selalu bangga sebagai orang desa, karena saat saya sadar bahwa saya adalah orang desa, maka saya harus bisa memahami dunia ini secara seimbang, seimbang antara kehidupan duniawi dan religius.

Desa bagiku adalah  kehidupan religius. Mendengarkan adzan mahrib paling menenangkan adalah saat di desa. setelah mahrib, para anak-anak dan remaja menghidupkan surau.  Mereka mengaji, setelah itu bermain seadanya dengan sarung di dalam surau, jika beruntung kita bisa lolos dari kejaran pak kyai yang siap-siap  mendaratkan telapak tangannya di pantat kita keras-keras karena  bermain didalam surau.

Bagi anak-anak desa, musim hujan maupun musim kemarau mempunyai agenda bermain yang berbeda. Jika musim kemarau, lapangan sepakbola dipindah ke sawah setelah panen kacang, mencari jangkerik, ngunda layangan, dan sebagainya. Jika musim hujan, mencari ikan di kalen (selokan sawah) sekalian berenang, jika sedang sial kita akan bertemu dengan sesuatu yang menjijikan, lembek, bau,  mengapung mengikuti arus air. Selain itu mencari ikan saat sawah mulai di bajak, dan permainan lainnya. Permainan yang murah meriah namun tak kalah bahagianya dengan bermain console. kebahagiaan yang sungguh-sungguh nyata, atraktif dan membuat saya selalu rindu akan desa saya.

Kehidupan desa yang relegius itulah yang bisa membangun karakter seseorang. Tapi sayang, ada beberapa orang yang tidak bangga mengaku orang desa saat mereka menyentuh kehidupan kota. Bagi saya, identitas sebagai orang desa jelas membuat kontrol yang baik bagi saya saat melihat kehidupan gemerlap kota besar. Saya menghindar untuk  tidak boros karena merasa saya hanya orang desa, tidak perlu bergaya mewah karena saya hanya orang desa. Dan yang saya butuhkan adalah prestasi yang gemilang, pekerjaan yang baik, karena biarpun saya orang desa namun saya mampu berprestasi dan mampu bermimpi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun