Mohon tunggu...
Zein M Muktaf
Zein M Muktaf Mohon Tunggu... -

Suka menjalin pertemanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

5 menit

4 November 2011   04:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:04 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlalu lama buatku 5 menit ini, kegelisahanku semakin memuncak, emosiku makin menggila, tubuhku semakin gundah. ku tunggu 5 menit ini di ruang pengab kamarku, ku tunggu 5 menit ini di ruang gelap kamarku. Dan dengan sebenar-benarnya serta dengan sejujur-jujurnya aku sudah terlalu muak menghadapi semuanya ini. aku terasa ingin muntah menghadapi semua ini,aku terasa ingin… hhoooekkk!!!
Aku sedari tadi bolak-balik di kamarku yang sempit ini, dengan terus memandang Handphoneku yang sedari tadi aku lelapkan di atas meja kecilku. terasa lama sekali 5 menit ini, bagai kutunggu seribu tahun, ku tunggu dengan sejuta gelisah, dengan sejuta harapan, dengan sejuta impian, dengan sejuta-sejuta yang lain. Setiap jengkal langkahku aku selalu mengintip handphoneku, kalo-kalo ada SMS yang datang. Yah…, SMS yang datang dari sebuah balasan dari SMSku untuknya.
“Ndul, mo ngangkring nggak?”, tiba-tiba joko teman sekosku nongol dari sela-sela pintu kamarku yang sedikit terbuka.
“nggak, aku lagi nunggu balasan”
“”yo wis, aku dinner dulu ya..,” kemudian dia ngloyor pergi
“oiya, jangan di bawa ngelamun, kasihan sampeyan ha..ha..ha..ha..” Joko tiba-tiba nyambung lagi dengan suara keras tak peduli. Kemudian kesunyian merebak kembali, lorong-lorong gang di kosku kembali sepi, yang terdengar hanya tetesan air dari kran bak mandi yang rusak di samping kamarku, terdengar pula sayup-sayup suara televisi di kejauhan sana.
Bajingan!, mengapa ini terjadi, aku tiba-tiba menjadi kalut nggak karuan. Otakku sudah makin kram, tatapan mataku sudah semakin tidak fokus, aku sudah semakin bingung. aku kemudian bercermin, apakah aku sudah mulai tua, apakah aku tidak seganteng yang aku kira, apakah aku kurang keren, dan apakah-apakah yang lain yang membuat aku semakin tidak percaya diri di depannya.
Aku berusaha duduk di kasurku yang kempes ini, berusaha menenangkan pikiranku dan mengontrol diriku sendiri agar sedikit tenang. Kemudian aku merebahkan tubuhku di kasur, kemudian duduk lagi, kemudian aku berdiri, kemudian tiduran lagi, kemudian duduk lagi, kemudian..kemudian..kemudian…asu!!
Hp ku berdering tiba-tiba, LCD hpku menyala, Hpku bergetar keras membentur lantai meja kecilku, sampai benturan itu mengeluarkan bunyi-bunyi yang lumayan keras. SMS yang kutunggu kemudian datang di HPku. tanpa ba-bi-bu lagi, tanganku langsung meraih HP yang tak begitu jauh dari diriku duduk. dan isinya seperti ini: “gilang,aq g bs jwb prtnyaanmu tu,ni trlalu pribadi buatq.sory y,”
Bangsat! Kenapa harus ngambang seperti ini, aku butuh jawaban pasti, bukan balasan yang ngambang seperti ini..aku butuh kepastian dari jawabanmu, bukan malah kembali membingungkanku.
Aku pun kembali balas SMSnya, kata-katanya seperti ini: “Sita,Aq Bth Jwbmu yg psti,bkn Jwbn yg ngmbang.tlng Sita,X ni aj”, kemudian aku kirim kembali SMSku, dan akupun kembali gelisah, aku harus kembali menunggu 5 menit itu. suara jarum jam di dinding kamarku terus berjalan tanpa lelah sedikitpun, detaknya sangat teratur, sangat berbeda dengan detak jantungku yang lumayan sangat cepat, karena menunggu SMS yang 5 menit lagi akan datang kembali padaku. Namun, entah mengapa terasa terlalu lama dia membalas SMSku, apakah karena dia malas membalas SMSku yang mungkin dianggap terlalu norak, ataukah dia sedang asyik bersama seseorang, asyik bersama seorang laki-laki yang malam ini sedang bercengkrama bersamanya di suatu tempat yang ….yang ..romantis…
Ahkh!!, aku terlalu mengada-ada, aku berfantasi terlalu tinggi, aku yakin dia masih sendiri, karena dia pernah bersaksi sendiri di depanku, di depanku, bahwa dia masih sendiri, bahwa Sita yang cantik itu masih sendiri. Tapi, kali ini aku terlalu gelisah, aku ingin sebuah jawaban yang bisa membawaku kelangkah yang lebih yakin, lebih yakin menggapaimu, memilikimu…
Aku tiba-tiba saja terdiam di kamarku yang gelap ini, tak sepatah kata lagi yang bisa aku ucapkan di mulutku, lindahku sudah mulai malas untuk berceloteh, aku sudah ingin diam kali ini. aku kembali duduk di kasur kempesku ini, menekuk kakiku, dan kutundukan kepalaku , aku sudah mulai letih dengan pikiranku ini, tentang hatiku ini, aku sudah mulai malas.
Perabotan kamarku sepertinya sedang menatapku dengan serius, bisu, diam, namun hidup. Aku merasa lemari bajuku tertawa padaku, “sudahlah Gilang, kamu telah kalah..kamu tidak akan mungkin menunggu 5 menitmu ini dengan kebahagiaan” kata-kata itu keluar dari mulut lemari bajuku itu. dan komputerkupun nimbrung ikut bicara, “aku rasa 5 menitmu yang terakhir ini, adalah lima menit yang paling menyakitkan buatmu, maka enyahkanlah pikiran-pikiranmu tentang Sita si cantikmu itu”, ujar komputerku. Aku tetap diam tertunduk, aku tidak mau meladeni cerocosan mulut mereka, aku merasa pilihanku ini tepat, tepat untuk mencintai Sita si cantik.
Sembari duduk tangan kananku memutar-mutarkan hpku, seolah-olah aku sedang memainkan sebuah permainan yang mengasyikan. Kosong, pikiranku semakin kosong, aku merasa 5 menitku sudah semakin dekat, seolah-olah aku menunggu sesuatu yang akan membuatku berubah, membuatku keluar dari kamarku ini dengan seonggok perasaan yang membahagiakan.
Dan…Hpku berbunyi lagi , LCD hp ku pun menyala lagi seperti 5 menit yang lalu, dalam hatiku inilah harapanku yang terakhir, aku harus membuka SMS itu dan selanjutnya aku baca dan aku sungguh-sungguh mendapatkan sebuah kebahagiaan. Dan selanjutnya ku buka SMS itu, aku baca…aku baca….a..ku…ba..ca…….baa……caaa…….., dan aku diam sejenak,…sedikit untuk diam…. kemudian tiba-tiba tubuhku terasa hancur semuanya, terasa hatiku teriris-iris, badanku seperti dihantam batu besar, remuk!
Serasa semua 5 menit yang aku lalui hanya sebuah kesia-siaan, kepalaku semakin tertunduk… “benarkan yang aku bilang, kamu tidak akan bisa bahagia dengan hanya menunggu 5 menitmu itu” kata Lemari bajuku, “Gilang,…kacian deh lu ha..ha...ha..” komputerku seolah-oleh tertawa mengejeku, kemudian disambut cekikikan perabot kamarku yang lain. Kamarku semakin bising dengan umpatan-umpatan itu, mereka semakin keras tertawa.. aku semakin gila, tidak kuat di kamar ini, aku harus pergi..!

Malam ini terasa sendu, suara deru motor silih berganti membisingkan gang ini, para pemuda yang duduk di emperan gang diujung sana di bawah sorotan lampu jalan itu sepertinya sibuk dengan cerita-cerita mereka, silih berganti saling bicara, beberapa pemuda yang lain mengikuti temannya yang tengah bernyanyi dengan gitar buluknya melantunkan lagu-lagu cinta. Mereka bicara dan bernyanyi sangat keras, seolah-oleh tak peduli dengan manusia-manusia disekitarnya. Di depan aku duduk, pak Sarman asyik mendengarkan alunan gamelan di radio kecilnya, duduk di kursi kayu panjang, menatap kearah depan yang entah dia menatap apa. Di angkringan deket kosku itu terasa bagiku sangat sunyi, walaupun sebenarnya banyak manusia lalu lalang melewati gang ini. Tapi aku tetap merasa suasana ini sangat sunyi, seperti perasaanku saat ini.
“sudah saya bilang, Sita itu cantik, sangat mudah dia mendapatkan lelaki yang lebih darimu” ujar Joko sembari menikmati rokoknya, wajahnya seperti tak merasa bersalah mengucapkan itu padaku. Dia kembali menikmati rokoknya sambil terus menatap keatas, sepertinya dia bicara padaku sambil memikirkan sesuatu. Pak Sarman tak bergeming sedikitpun, dia tetap asyik dengan radionya.
“pak Sarman es tehnya ya..”, kataku sedikit malas
kemudian dengan sigap pak sarman kemudian membuatkan es teh buatku. Aku semakin lesu, semakin muram untuk malam ini. Hpku kukeluarkan dari saku celana, dan tidak seperti yang tadi, untuk sekarang ini aku tidak mengharapkan SMS datang di Hpku. dan aku buka SMS yang terakhir;
“Gilang, aq skrang sedang jln2 sm mz Joni,aq hrp kmu ngerti bhw aq mncintai yg lain,btw gilang ttp jd tmnq kan?aq hrp prtemann qta ttp tak brubah”
Seperti yang tadi, aku ingin muntah, muak dengan kenaifan sebuah pertemanan yang didasari oleh sebuah penolakan atas cinta, itu sebuah alasan yang maha klasik bagiku. Aku tutup kembali hpku, dan aku berkata dalam hatiku, “aku tidak mau menjadi temanmu.., sayang”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun