Hubungan Cina dan AS yang tidak terlalu akur semakin mengalami ketegangan dan malah berubah menjadi persaingan yang terbuka serta strategis di antara keduanya. Persaingan antara dua negara tersebut disebabkan oleh banyak faktor, seperti persaingan teknologi, ekonomi, serta ambisi politik Cina dan AS yang saling bertentangan. Ditambah lagi, keduanya memiliki rasa superioritas yang tinggi.
Persaingan yang terjadi membuat banyak perdebatan yang mempertanyakan apakah dunia akan memasuki perang dingin baru. Pasalnya, ketegangan hubungan antara Cina dan AS akan memiliki dampak besar pada global terutama di wilayah Indo-pasifik. Hal tersebut disebabkan karena pusat perdagangan global mengalami perpindahan dari Atlantik ke Pasifik. Selain itu, persaingan Cina-AS dapat memicu konfrontasi militer di daerah Asia.
Persaingan dua negara adidaya tersebut menyulitkan Indonesia dalam menentukan pilihannya. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki hubungan multilateral dengan keduanya. Terlebih lagi, Indonesia menganut sistem Politik Luar Negeri Bebas Aktif yang artinya tidak adanya keterikatan dengan blok manapun, namun tetap berperan aktif dalam menjaga kedamaian dan kesejahteraan dunia. Melalui Politik Bebas Aktif, artinya Indonesia memiliki suatu kebebasan dalam memilih dan menentukan bagaimana menghadapi permasalahan Internasional, seperti halnya persaingan antara Cina dan AS.
Hubungan Baik antara Indonesia dengan Cina
Hubungan baik antara Indonesia dengan Cina baru-baru ini semakin erat dengan adanya pertemuan antara Joko Widodo dengan Presiden Xi Jinping pada Juli 2023 lalu. Dikutip melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, pertemuan tersebut membahas tentang kerja sama keduanya di sektor investasi, perdagangan, infrastruktur, kesehatan, serta kawasan-global.
Di bidang investasi, diketahui bahwa Cina-Indonesia membahas rencana Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) dalam rangka pengembangan produksi baterai EV untuk pembangunan industri petrokimia. Selain CATL, pembahasan di bidang investasi juga mencakup mengenai proyek Two Countries Twin Parks (TCTP) yang menjadi tonggak utama dalam membangun visi “Poros Maritim Dunia” Indonesia, serta visi “Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) Cina.
Selanjutnya, di sektor perdagangan, dibahas mengenai target perdagangan Indonesia-Cina yang mampu mencapai keuntungan dengan total sekitar USD 100 miliar. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia berencana untuk memberi kemudahan akses atas produk burung walet, buah durian, serta beberapa produk laut. Di bidang infrastruktur, kedua negara membahas mengenai operasional dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan juga kerja sama dalam pembangunan IKN Nusantara.
Untuk sektor kesehatan, Indonesia menerima masuknya Forum Investasi Kesehatan dan Biotek di Chengdu dengan komitmen kerja sama setara dengan USD 1.5 miliar. Forum tersebut menjadi jalan bagi Cina untuk memberikan pendanaan pembangunan National Gene Bank dan pusat bioteknologi Indonesia.
Dan yang terakhir, di bidang kawasan dan global, Indonesia dan Cina memutuskan untuk memperkuat kerja sama di forum ASEAN dan G20. Melalui sektor tersebut, terdapat kerja sama potensial antara BUMN dengan perusahaan swasta Cina dalam ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF). Selain itu, terdapat hal yang ditekankan Presiden Jokowi, yakni inisiatif global Cina, meliputi Global Development Initiative (GDI), Global Security Initiative (GSI), serta Global Civilization Initiative (GCI).
Fokus Hubungan Indonesia Saat Ini dengan AS