Gereja-gereja di Betlehem di tepi barat Palestina memutuskan untuk tidak merayakan Natal 2023 secara megah. Keputusan tersebut dibentuk sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap konflik Hamas-Israel di Jalur Gaza.
Para petinggi memutuskan untuk tidak merayakan Natal dengan dekorasi gemerlap dan pohon natal yang megah di tengah terjadinya penyerangan brutal tentara Israel di jalur Gaza yang tercatat telah menewaskan lebih dari 20.200 warga sipil. Hal tersebut juga telah dikonfirmasi oleh Pastor Francesco Patton dari Gereja Custody of the Holy Land, Bethlehem, yang menyatakan bahwa ia sendiri dan pihaknya akan merayakan natal dengan tenang dan sederhana, berbeda dengan natal sebelumnya.
Dikutip melalui CNN, Gereja Kelahiran Tuhan Yesus, Gereja Nativitas, juga terlihat sepi. Padahal, Gereja tersebut biasanya dipenuhi oleh ratusan wisatawan yang memenuhi seisi gua Gereja tersebut. Ruang berdiri dalam gua yang biasanya dipenuhi antrean juga terlihat sepi.
"Natal adalah kegembiraan, cinta, dan kegembiraan. Kami tidak memiliki kedamaian. Kami tidak memiliki sukacita," kata seorang pendeta Ortodoks Yunani di Gereja Kelahiran di Betlehem.
Tidak sampai di situ, pohon-pohon natal yang biasanya menghiasi Betlehem diganti dengan instalasi patung Yesus berbalut kain putih. Melalui voaindonesia.com, patung Yesus berbalut kain putih melambangkan penderitaan yang sedang dialami oleh orang-orang di Jalur Gaza.
Keputusan kaum Kristen di Betlehem menjadi perhatian dari Hamas. Hamas terkesan dengan apa yang dilakukan Gereja-gereja tersebut.
"Kami menghargai posisi umat Kristiani dari rakyat Palestina yang kami hormati yang membatasi perayaan mereka tahun ini, dan bersatu dengan rakyat kami di Gaza, yang menjadi sasaran agresi brutal Zionis," kata Hamas, dikutip melalui Kompas TV.
Sumber: