Perkembangan teknologi yang begitu pesat ternyata membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu dampak dari perkembangan teknologi adalah berkembangnya praktik jurnalisme di Indonesia. Pada awalnya jurnalisme hanya dilakukan secara tradisional dan melalui media konvensional juga.
Praktik jurnalisme sudah mengalami perkembangan dan menjadi jurnalisme multimedia. Jurnalisme multimedia berarti para jurnalis akan mengunggah produk jurnalistik mereka melalui berbagai media sebagai outputnya atau dapat berupa gabungan dari audio, visual, maupun teks.
Jurnalisme multimedia juga kerap dikaitkan dengan konvergensi dalam perusahaan yang akan memproduksi berita. Konvergensi ini dapat dilihat melalui penggabungan berbagai media dalam berita yang dahulu dilakukan secara terpisah.
Industri media mengalami beragam perubahan juga mengikuti perkembangan jurnalisme. Perubahan ini dilakukan agar industri media tidak kehilangan pamornya dan dapat mempertahankan audiensnya.
Perubahan dalam industri media dilakukan salah satunya oleh Tempo.co, perkembangan jurnalisme yang dilakukan oleh Tempo juga dapat menjadi representasi perkembangan jurnalisme di Indonesia.
Perkembangan Jurnalisme Multimedia Melalui Tempo.co
Pada awal berdirinya Tempo.co merupakan sebuah perusahaan media cetak yang lebih dikenal sebagai Tempo dan mengeluarkan terbitan surat kabar edisi pertamanya pada 6 Maret 1971 (Fatimah, 2020).
Transisi perubahan Tempo menjadi Tempo.co terjadi pada tahun 1995. Pada saat itu, Indonesia sedang mengalami proses digitalisasi dan Tempo menjadi salah satu pelopor media yang mengikuti perkembangan digitalisasi. Tempo.co dijadikan sebagai media digital mereka untuk menambah konsumen beritanya (Lase, 2017).
Sebagai salah satu perusahaan media tentu saja Tempo pernah mengalami polemik yang tidak menyenangkan. Tempo pernah dibredel pemerintah selama 4 tahun pada masa Orde Baru akibat produk jurnalistiknya. Namun saat kembali pada era reformasi Tempo tetap mempertahankan eksistensinya sebagai perusahaan media.