Indonesia merupakan negara yang ideal bagi wisatawan karena memiliki perpaduan yang sangat menakjubkan antara keindahan alam, sejarah, dan budaya. Namun, meningkatnya popularitas pariwisata telah membawa tantangan besar, yaitu pariwisata berlebihan. Destinasi seperti Bali, Yogyakarta, dan Labuan Bajo mengalami tekanan akibat jumlah pengunjung yang berlebihan. Pariwisata berlebihan tidak hanya mengancam keberlanjutan lingkungan tetapi juga berdampak besar pada kualitas pengalaman wisata dan kesejahteraan masyarakat setempat. Artikel ini akan mengulas pengalaman Indonesia dengan pariwisata berlebihan dan mencoba mengusulkan beberapa solusi berkelanjutan yang menjaga keindahan dan daya tarik pariwisata Indonesia di masa mendatang.
Dampak Overtourism di Indonesia:
Masalah pariwisata berlebihan di Bali adalah banyaknya pengunjung yang meninggalkan sampah plastik di pantai-pantai populer, seperti Kuta dan Seminyak. Pembuangan sampah yang tidak terkendali, menurut sebuah artikel di Tempo.co, hanya akan memperburuk keadaan. Selain sampah yang terdampar, setiap kunjungan membuat lingkungan setempat menjadi sangat tidak nyaman karena kemacetan lalu lintas ke tempat-tempat seperti Candi Borobudur di Yogyakarta, seperti yang dilaporkan oleh sebuah studi di Ejournal.Warunayama.org.
Di tempat-tempat populer, ada juga tekanan pada infrastruktur. BusinessInsider.com melaporkan bahwa lonjakan pembangunan hotel dan vila di Bali telah mengubah tata ruang kota menjadi daerah yang terlalu berkembang. Kenaikan harga komoditas pokok juga berdampak negatif pada masyarakat setempat, khususnya mereka yang terlibat dalam sektor informal.
Solusi untuk Mengatasi Overtourism:Â
Untuk mengelola meningkatnya arus wisatawan ke Indonesia, beberapa langkah strategis telah diambil. Menurut laporan di FT.com, salah satunya adalah penundaan pembangunan akomodasi baru di Pulau Bali. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghentikan ekspansi yang tidak terkendali di sektor tersebut. Sebuah artikel di Kompasiana.com mengusulkan solusi tambahan - penerapan teknologi, termasuk aplikasi seluler, untuk memantau dan membatasi jumlah pengunjung ke tempat-tempat seperti Candi Borobudur.
Artikel tersebut juga menggarisbawahi bahwa diversifikasi destinasi adalah solusi utama. Destinasi yang menerima lebih banyak wisatawan harus dibebaskan dari beban mereka dengan berfokus pada pengembangan tempat lain, khususnya di Kalimantan atau Sulawesi. Masyarakat lokal harus didorong untuk mengelola pariwisata berbasis masyarakat sehingga penduduk lokal dapat memperoleh manfaat finansial langsung dari pariwisata.
Kesimpulan:Â
Overtourism adalah masalah besar yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Indonesia dapat mengatasi efek overtourism dan mempertahankan daya tarik wisatanya dalam jangka panjang dengan menerapkan strategi yang berkelanjutan seperti diversifikasi destinasi, pengelolaan teknologi, dan pemberdayaan masyarakat. Pada akhirnya, jika solusi ini berhasil, keindahan dan kekayaan budaya Indonesia akan tetap terjaga untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H