Mohon tunggu...
Zeembry
Zeembry Mohon Tunggu... Konsultan - Founder of BABASTUDIO.com - Konsultan Web, Mobile Apps & Internet Marketing.

Menyediakan Jasa dan Pelatihan Pembuatan Website dan Mobile Apps seperti Pembuatan E-Learning, Portal Web, Integrasi Aplikasi, Juri untuk Kontes Lomba Web, Internet Marketing, Artificial Intelligence, Big Data dll. Kami banyak melayani Kementerian dan Lembaga seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kominfo, Lembaga Administrasi Negara, Lembaga KPK, dan Lembaga BKPM.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Macet Jakarta

19 Desember 2010   18:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:35 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12927802701613341166

Macet sudah menjadi makanan sehari-hari warga Jakarta. Berbagai penyebab sudah diketahui seperti pembangunan infrastruktur yang tidak benar dari awal sehingga sekarang semuanya menjadi tumpang tindih, banyaknya bangunan mall sehingga menyebabkan kemacetan, angkutan umum yang berhenti sembarangan, prilaku berkendaraan yang saling serobot dan sebagainya. Dan juga berbagai solusi ditawarkan seperti 3 in 1 , Bus Way, dan rencananya akan dibangun Monorel. Semua sudah terlihat seperti benang kusut sehingga solusi apapun malah menambah kekusutan tersebut. Masyarakat sudah stres, mulai pasrah dan melakukan berbagai cara untuk menikmati kemacetan di jalan. Hanya solusi dari pemerintah memang tidak cukup untuk mengatasi masalah tersebut. Masyarakat juga sepertinya harus terlibat dan saling melakukan pendidikan untuk mencegah kemacetan yang lebih parah lagi. Kebetulan saya melewati daerah Puri (Jakarta Barat) dan menemukan papan pemberitahuan "PELIHARA LINGKUNGAN PERUMAHAN, RUMAH DILARANG DIJADIKAN TEMPAT USAHA". Ini adalah suatu bentuk edukasi kepada masyarakat agar bisa bersama-sama menghimbau atau mencegah bila ada warga atau pejabat yang mencoba membangun tempat usaha di sekitar tersebut. Karena semakin banyak tempat usaha di lingkungan perumahan, akan semakin ramai kendaraan yang lewat dan akan menciptakan kemacetan di daerah tersebut. Jadi jangan hanya memperbanyak papan-papan bilboard saja yang berisi iklan untuk mengajak masyarakat menjadi konsumen. Tetapi ada papan-papan edukasi seperti ini untuk mendidik masyarakat untuk mengatasi masalah kemacetan tersebut. Dengan papan-papan yang mendidik tersebut, masyarakat banyak menjadi lebih sadar untuk menjaga lingkungannya sehingga timbul pertahanan sipil dari masyarakat. Kekuatan masyarakat yang sudah sadar sangat dahsyat, tidak bisa dijatuhkan oleh kekuatan apapun dan tidak bisa dibeli dengan uang. Lain halnya bila masyarakat tidak sadar, mereka akan dengan sangat mudah dipengaruhi dan dibeli dengan uang. Ini semua karena pendidikan yang benar. Pendidikan tidak hanya diperoleh dari lingkungan formal, tetapi bisa berbentuk seperti papan pemberitahuan tersebut. Pendidikan harus ada di jalan-jalan dan mudah ditemukan oleh setiap orang. Mereka bisa membaca dan kemudian bisa menjadi suatu kebiasaan yang baik. Mari kita menghimbau ketua RT/RW atau Pejabat setempat untuk membuat seperti ini. Tetapi ini hanya salah satu cara, saya percaya bahwa masyarakat punya dan sudah mempunyai banyak solusi untuk menemukan ide kreatif. Ini harus disebarluaskan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Dengan begitu kita bisa saling meniru satu sama lain dan kemudian kesadaran akan lingkungannya meningkat untuk mencapai hidup yang nyaman.   Mari berbagi di sini. [caption id="attachment_80726" align="alignnone" width="491" caption="Perumahan Dilarang Dijadikan Tempat Usaha"][/caption] Tempat usaha kalau bisa dalam satu tempat khusus dan di daerah yang jauh dari perumahan. Kadang walaupun dekat, karena macet, waktu di jalan akan terasa lama. Tidak masalah saya pikir tempat usaha jauh dari rumah, tetapi bisa dicapai dalam waktu singkat dikarenakan tidak macet. TERJEBAK KEMACETAN Kata terjebak kemacetan berarti bahwa saya tidak tahu sebelumnya bahwa di daerah tersebut ada kemacetan. Dan kemudian saya ke sana, maka saya terjebak macet. Ini karena kita tidak mengetahui informasi tentang hal tersebut. Di zaman informasi ini, sebenarnya kita bisa mengetahui terlebih dahulu suatu daerah apakah macet atau tidak. Informasinya sendiri dari masyarakat. Lagi-lagi memang solusi dari masyarakat. Dengan mengetahui informasi lebih dahulu, kita bisa melewati jalan alternatif atau menunda keberangkatan sampai saat yang tepat. Karena sayang sekali umur kita habis ditelan oleh macet di jalan. Saya sering menggunakan twitter untuk mengetahui daerah mana yang macet seperti channel #infotol atau #lewatmana. Kemudian di google Anda bisa menemukan berbagai situs yang menyediakan informasi kemacetan dengan mengetik keyword "info macet", "macet jakarta". Bagi yang mempunyai kendaraan pribadi, silahkan menggunakan teknologi informasi untuk menghindari macet. MACET YANG TIDAK TERHINDARKAN Bagi mereka yang naik kendaraan umum atau mereka yang mempunyai kendaraan tetapi tidak ada jalan alternatif untuk menghindari kemacetan.

  • Pergi lebih pagi dan pulang lebih malam. Ini tentunya akan memakan waktu kita di rumah dengan keluarga.
  • Kos di tempat terdekat. Ini tentunya butuh penambahan biaya.
  • Usaha sendiri? Bekerja dari rumah? Karena sekarang sudah zamannya internet, semua bisa dilakukan di rumah kapan saja dan dimana saja. Internet melampaui ruang dan waktu. Berarti kita harus investasi untuk punya keahlian tambahan, belajar sesuatu yang baru. Bila kita ingin keluar dari rutinitas, tentunya harus melakukan sesuatu yang baru atau tidak biasa.

Jadi rumah dijadikan tempat usaha tidak masalah kalau dilakukan melalui internet. Tidak banyak yang mampir ke rumah Anda karena semua dilakukan di Internet. Semoga artikel ini bisa memberi manfaat dan ide-ide baru untuk mencari jalan keluar bagi kemacetan. Bila ada solusi yang Anda lihat di lingkungan Anda, mohon bisa berbagi di zeembry@yahoo.com atau bisa memberi komentar lewat artikel ini. Salam, Zeembry Artikel ini juga dipublish di

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun