Nashaihul Ibad di hadapan santri mahasiswa, sebuah kitab yang sangat kaya dengan nasihat dan petuah hidup. Malam ini, seperti biasa, saya membacakan kitab
Di tengah pembacaan, ada satu pesan yang benar-benar menyentuh:
"Wa man ahsana sarriratahu ay dhamira qalbihi ahsana Allahu 'alaniyatahu, fa dhahiru yadullu 'ala baatin."
Artinya: "Barang siapa yang memperbaiki batinnya, yaitu hati nuraninya, maka Allah akan memperbaiki lahiriahnya. Yang tampak (zahir) adalah cerminan dari yang tersembunyi (batin)."
Pesan ini penting karena mengajarkan bahwa apa yang ada di dalam diri kita, di hati kita, akan terpancar ke luar. Batiniyah dan lahiriyah ternyata memiliki hubungan yang begitu erat. Apapun yang kita rasakan, apapun niat dan pikiran yang kita simpan dalam hati, semuanya akan terwujud dalam tindakan dan sikap kita. Jika hati kita bersih, tulus, dan penuh kasih, maka tindakan kita di dunia luar juga akan mencerminkan kebaikan yang sama.
Hubungan Batin dan Lahiriyah dalam Perspektif Spiritual
Dalam perspektif spiritual, batin seringkali dianggap sebagai pusat dari semua hal yang terjadi di hidup kita. Ketika hati kita penuh dengan kebaikan dan kebersihan niat, tindakan kita secara alami akan mengikuti.Â
Sebaliknya, ketika batin kita dikuasai oleh keburukan, dendam, atau niat yang kurang baik, itu juga akan terlihat dalam cara kita bersikap dan berperilaku.
Dalam banyak ajaran agama, menekankan pentingnya memperbaiki hati sebagai sumber dari semua perilaku. Dengan memperbaiki batin, seseorang sebenarnya sedang memperbaiki keseluruhan dirinya.Â
Ibarat sebuah pohon, akar yang sehat akan menghasilkan buah yang baik. Demikian juga dengan diri kita; hati yang sehat dan tulus akan melahirkan tindakan yang penuh kebaikan.
Korelasi dengan Energi dan Vibrasi Positif