Mohon tunggu...
Zeanonim
Zeanonim Mohon Tunggu... -

commoner yang terjebak di belantara Ibukota, mencari sesuap nasi melalui hal-hal ghaib (IT) dan penikmat keindahan dari secercah cahaya (photography)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menghina vs Menyinggung

13 Februari 2017   11:23 Diperbarui: 13 Februari 2017   11:43 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

disclaimer : ini sekedar pendapat pribadi, ga perlu baper atau ngajak debat kalau ga setuju

Menurut saya, menghina dan menyinggung itu sangat berbeda. Menyinggung pada dasarnya sekedar menyampaikan fakta, namun kemudian fakta tersebut menyinggung perasaan orang lain, sedangkan menghina adalah pernyataan terhadap suatu kondisi yang dilebih - lebihkan secara negatif sehingga yang menerima merasa tidak hanya tersinggung tetapi juga merasa hina. Contohnya, jika seseorang bertubuh gemuk, kemudian saya bilang orang itu gemuk atau gendut pada dasarnya adalah sebuah fakta, hanya saja jika orang tersebut sensitif maka pernyataan saya akan membuatnya tersinggung, sedangkan kalau saya mengatakan bahwa orang itu kayak gajah atau kuda nil jelas ini adalah sebuah penghinaan

Artinya, ketersinggungan adalah suatu hal yang relatif, faktor utamanya adalah tingkat sensitifitas perasaan masing - masing individu ditambah kebiasaan atau budaya di lingkungan sekitar (pertanyaan mengenai umur dan status pernikahan bagi satu budaya menyinggung bagi budaya lain biasa saja). Sedangkan penghinaan lebih bersifat mutlak, karena pada dasarnya telah mendistorsi fakta menjadi sebuah ungkapan dengan konotasi negatif dan intensitas tinggi

Lalu soal penghinaan terhadap ulama, jangankan ulama, orang biasa atau siapapun tidak pantas untuk dihina, sekalipun fakta - faktanya menunjukkan bahwa orang itu memiliki banyak sisi negatif atau rekam jejaknya buruk. Kenapa? Karena kita tidak tau apa yang terjadi besok atau setelahnya, bisa saja orang yang dihina besoknya bertobat dengan sungguh - sungguh lalu meninggal dan tobatnya diterima lalu masuk surga, dan bisa jadi juga orang yang menghina tadi belum sempat minta maaf dan bertobat lalu besoknya meninggal dan karena hinaannya tadi menggugurkan seluruh amalannya dan gugurlah tiketnya masuk surga

Belalah kemanusiaan dalam arti seluas - luasnya, dan dengan itupun otomatis anda sudah membela para ulama, lalu jangan karena ulama yang sependapat dengan anda yang dihina lalu anda bela mati - matian, sedangkan ulama lainnya yang tidak termasuk golongan anda atau tidak sependapat anda biarkan orang lain menghinanya. Satu lagi, ulama dari kata alim yang berarti orang yang berilmu, tidak sebatas ilmu agama, semua orang yang berilmu apapun itu pada dasarnya adalah ulama dan pantas untuk dihormati. Sekian...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun