Mohon tunggu...
Zeanonim
Zeanonim Mohon Tunggu... -

commoner yang terjebak di belantara Ibukota, mencari sesuap nasi melalui hal-hal ghaib (IT) dan penikmat keindahan dari secercah cahaya (photography)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Pertanyaan, Kritik, dan Hujatan

30 Januari 2014   10:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:19 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Takon po maido? Maido po Ngece? " istilah bahasa Jawa tersebut artinya "Bertanya atau Berkomentar? Berkomentar atau Mengejek?"

Pertanyaan, Komentar, Kritik, Ejekan atau Hujatan bisa dikategorikan sebagai sebuah feedback, mungkin bahasa Indonesianya adalah umpan balik, umpan balik terhadap sebuah ide, gagasan, opini, pernyataan, tindakan, sikap, atau apapun yang dilakukan oleh seseorang. Mungkin kata kritis (bukan kritis mendekati akhir) bisa jadi diturunkan dari kata kritik, namun menurut saya kata kritis lebih tepat dikaitkan dengan kata feedback secara umum.

Menurut saya, orang yang kritis adalah orang yang aktif memberikan feedback kepada lingkungan sekitarnya, feedback berupa pertanyaan - pertanyaan yang bersifat esensial , atau komentar / kritik yang logis dan relevan hingga berupa saran perbaikan. Mungkin istilah umumnya adalah kritik yang membangun.

Sekarang ini mungkin atribut kritis sudah mulai bergeser, kritis diidentikan kepada orang yang banyak memberikan kritik dan komentar tidak peduli apakah logis, relevan, masuk akal, atau bahkan menyakitkan yang berujung hujatan.

Lihat saja berita - berita di media mainstream, opini - opini di media sosial atau pribadi seperti blog, bahkan di forum - forum diskusi, sebagian besar content yang sedang populer tidak jauh dari hal - hal yang sifatnya kritik atau hujatan yang tidak berbobot. Memang itu hak masing - masing, namun kita juga harus bijak karena hal - hal yang kita sampaikan tersebut berada di ranah publik, siapapun bisa melihat, membaca dan mengikuti. Apa jadinya bangsa ini kalau hanya bisa mengkritik dan menghujat tanpa bisa berbuat sesuatu.

Akhir kata, kata kritis yang bermakna ganda lama kelamaan tidak perlu dibedakan, karena orang - orang yang saat ini disebut - sebut sebagai orang kritis selain senang memberikan kritik kepada siapa saja, juga bisa dikatakan tingkat kewarasannya dalam kondisi kritis, alias sedikit lagi jagi gila.

;s.h.l.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun