Mohon tunggu...
Zeanonim
Zeanonim Mohon Tunggu... -

commoner yang terjebak di belantara Ibukota, mencari sesuap nasi melalui hal-hal ghaib (IT) dan penikmat keindahan dari secercah cahaya (photography)

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketika Sang Raja Berkunjung

26 Februari 2017   08:07 Diperbarui: 26 Februari 2017   08:44 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Lagi pada rame soal kunjungan Raja Salman ke Indonesia, lalu dikait - kaitkan dengan hal - hal yang sedang terjadi di negri ini. Yang menarik adalah konon beliau bawa uang trilyunan rupiah untuk Indonesia, belum jelas skema atau bentuk kesepakatannya seperti apa, yang jelas sudah ada yang 'gumun' (heran plus terkesima) dahulu. Sebelum 'nggumun' , sebaiknya kita pahami dulu skema - skema transaksi yang mungkin terjadi antara Indonesia dengan Raja Salman

  1. Hibah

Kalau skemanya hibah atau pemberian, maka Indonesia tidak perlu mengembalikan sepeserpun kepada Arab Saudi, hibah boleh melibatkan syarat atau prasyarat namun dalam bentuk prestasi atau kriteria (misal memiliki hutang besar, atau berhasil memenuhi kuota haji dsb), selama syarat atau kriteria tersebut tidak secara langsung menguntungkan pihak pemberi, maka masih bisa disebut sebagai hibah, tetapi bila syarat tersebut menguntungkan pemberi, maka pada dasarnya itu sudah masuk kriteria transaksi jual beli (bisa jasa atau barang) karena ada manfaat yang berpindah. Keduanya boleh, hanya saja tidak cocok apabila melibatkan imbal balik namun dinamakan sebagai hibah atau hadiah. Kalau benar Arab Saudi memberikan seluruh dana tersebut dalam bentuk hibah, silahkan anda gumun, bisa jadi karena PakDhe berhasil menyebutkan 5 nama ikan dalam bahasa Arab

  1. Pinjaman

Skema pinjaman jelas, uang yang diberikan harus kembali dalam jumlah yang sama dalam kurun waktu tertentu, tidak boleh lebih tidak boleh kurang. Kalau pake embel - embel bunga berarti termasuk riba, akan sangat keterlaluan kalau Arab Saudi yang kaya raya dan negara Islam bila menggunakan skema pinjaman dan meminta tambahan (bunga / riba), karena pinjaman dasarnya adalah tolong menolong alias transaksi sosial. Apabila benar skema yang digunakan adalah pinjaman, maka anda boleh sedikit gumun, karena secara hitungan ekonomis pinjaman tanpa tambahan itu rugi, apalagi kalau jangka pajang

  1. Kerjasama

Bisa disebut investasi, penyertaan modal, atau pembelian saham dsb, intinya pemberi uang berperan sebagai pemilik modal dan mendapatkan manfaat dari usaha yang dijalankan. Manfaatnya bisa dalam bentuk bagi hasil, atau kepemilikan saham yang nilainya akan bertambah seiring berkembangnya bisnis, dimana prinsipnya tidak boleh meminta atau menjanjikan kepastian jumlah keuntungan (misal sekian rupiah pada sekian tahun mendatang), namun boleh dalam bentuk proporsi (bagi rata  - 50 : 50 - berapapun hasilnya nanti). Dugaan saya kemungkinan besar ini skema yang akan digunakan, dan ini wajar - wajar saja, bangsa Arab dikenal sebagai pebisnis handal, sehingga aktifitas investasi bukanlah hal luar biasa yang perlu dibesar - besarkan. Soal besarnya nilai investasi yang akan dikucurkan dibandingkan tetangga yang lain, artinya mereka sangat percaya dengan prospek bisnis di Indonesia dan mungkin karena bisikan PakDhe berhasil membuat mereka yakin. Perlu diketahui bahwa beberapa negara seperti Arab Saudi yang memiliki dana besar tetapi pasar yang kecil memang sedang berusaha mencari tempat - tempat untuk berinvestasi (Jepang diantaranya). Indonesia adalah salah satu pasar yang masih sangat potensial dan menjanjikan untuk berbagai jenis bisnis

Jadi... soal Raja Salman bawa - bawa sendiri perabot dan perlengkapannya, ga usah buru - buru dikaitkan dengan urusan riba, kerena kita belum tau pasti skemanya seperti apa (dan kemungkinan besar investasi), cukup dipahami mereka lakukan itu karena mereka punya dan bisa , kalaupun mau berbaik sangka itu karena mereka tidak mau merepotkan tuan rumah sebagai tamu.

Apapun itu.. this is good for Indonesia, yang penting ojo gampang gumunan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun