Alkisah di belantara Ibukota sedang terjadi perebutan kekuasaan antara 3 jawara yang mewakili 3 dinasti.
Jawara pertama merupakan putra mahkota dari dinasti yang paling muda, tampaknya sang raja yang belum lama turun tahta sudah rindu akan kekuasaan, sehingga mengutus putra mahkotanya yang belum tuntas belajarnya untuk merebut kekuasaan di jantung kerajaan tersebut. Kuda - kudanya masih belum lurus, tapi sudah dipaksa untuk melakukan tendangan tanpa bayangan, akhirnya yang tampak adalah bayangan tanpa tendangan.
Jawara kedua adalah wakil dari dinasti tertua yang pucuk pimpinannya kini dipegang oleh tuan putri. Menariknya jawara ini sebenarnya adalah orang luar, susah dijinakkan karena masih setengah liar, namun karena kepiawaiannya membasmi tikus - tikus rakus dan jurus mabuknya yang berhasil meraih simpati dari rakyat membuatnya tetap dipelihara demi menaikkan pamor dinasti yang sejatinya kian surut
Jawara ketiga adalah utusan dari dinasti yang paling lama berkuasa di negri ini. Ini juga menarik, karena sebelumnya jawara ini mencitrakan dirinya sebagai penentang dinasti yang diwakili oleh panglima dan mantan menantu yang berkali - kali gagal naik tahta. Dulunya dia adalah orang alim (berilmu) , tapi setelah dia diberi kesempatan oleh raja untuk mencicipi tahta yang kemudian diambil kembali, tampaknya dia juga rindu akan rasanya kekuasaan sehingga berusaha mendapatkannya kembali dengan menjadi jawara meski harus berteman dengan kawannya. Jurus andalannya adalah lidah lunak tanpa tulang yang dapat menghembuskan mimpi - mimpi indah
Lalu, siapakah jawara yang mampu menolong rakyat dari kesengsaraan ini? Adakah satrio piningit yang lama telah diramalkan itu benar - benar ada?
Sejatinya kekuasaan itu sama saja, yang menikmati tetap yang berkuasa, rakyat jelata lagi - lagi hanya mencium baunya, bau inilah yang digunakan para penguasa untuk memikat rakyat. Bau surga dihembuskan oleh jawara 1 dan 3 dengan menjual agama, sedangkan jawara 2 hanya bisa menawarkan bau surga dunia, karena dia hanyalah orang luar yang berbeda agama
Meski sama saja, namun situasi pertarungan kali ini berbeda, karena jawara 2 harus memutus pola kekuasaan lama yang akan memutus rantai - rantai kekuasaan yang sudah terbentuk puluhan tahun lamanya.
Pada pola kekuasaan lama, sang penguasa cukup memelihara kaum elit politik, dengan menyumpalkan potongan harta dan tahta kepada mereka maka corong2 yang bersuara keras itu akan terdiam, semua kenyang negripun aman. Untuk sementara jawara 1 dan 2 saling bekerja sama demi mempertahankan pola ini, sampai salah satu harus tumbang terlebih dahulu atau jawara 2 bisa dikalahkan, barulah mereka akan menampakkan wajah aslinya masing - masing
Jawara kedua memilih jalan baru, dia membawa pola kekuasaan ala negara tetangga, dengan prinsip kenyangkanlah kelas menengah, maka suara - suara mereka akan kamu dapatkan dengan mudah. Melalui fasilitas - fasilitas memadai , tampilan kota yang cantik membuat rakyat terlena dengan kesejahteraan semu, karena nyatanya kesenjangan masih ada, hanya saja tertutup dengan ilusi kemajuan, sementara dibelakang tuannya tetap mengeruk keuntungan dengan cara yang lebih elegan.
Siapapun yang menang nantinya, yang kalah tetap rakyat, kalah karena rakyat telah terpecah belah, kalah karena fanatisme dan kebencian ini akan dibawa mungkin sampai mati, kalah karena pada akhirnya rakyat tidak menikmati apa - apa, kalah karena yang mereka bela pada akhirnya belum tentu akan membela mereka kembali
Ketahuilah bahwa surga itu dibawah telapak kaki ibu, bukan dibawah kekuasaan para jawara itu, tidak ada jaminan memilih salah satu jawara itu akan mengantarkanmu ke surga. Ketahuilah juga bahwa kesejahteraan itu ada ditanganmu sendiri bukan ditangan para jawara, tidak ada jaminan bahwa para jawara itu akan membuatmu sukses begitu saja. Tidak ada satu jawarapun yang bisa mengubah hidupmu kecuali kamu mengusahakannya sendiri