Namanya mungkin tidak terlalu familiar untuk orang - orang awam teknologi, namun dampak dan manfaatnya secara tidak sadar sudah kita nikmati selama ini.
ARM (Advanced RISC Machine), merupakan sebuah sebuah arsitektur micro processor yang penggunaannya telah menyebar begitu luas di masyakarat. Jika anda penggila gadget terutama ponsel, mungkin anda tidak akan asing dengan product brand Exynos, Krait, Cortex, Cyclone, Tegra dan sebagainya, sedangkan buat orang awam mungkin merk Samsung Galaxy, Sony Xperia, iPhone, Nexus lebih familiar di telinga. Kalau Intel punya jargon "Intel Inside", seharusnya merk - merk tersebut perlu menyertakan ARM Inside, yup semua merk - merk tersebut dimotori oleh sebuah prosesor multi guna bernama ARM.
Berbeda dengan Intel, Perusahaan pembuat ARM tidak memproduksi chip prosesor-nya sendiri, mereka hanya menjual lisensi dan mempersilahkan para produsen chip silicon untuk memproduksinya sesuai dengan keperluan. Sebut saja Qualcom, Broadcom, Samsung, Marvell, MediaTek, Nvidia, merk - merk tersebut merupakan para pemegang lisensi ARM yang telah memotori gadget - gadget kesayangan kita.
Hubungannya dengan kemandirian bangsa? Ada donk, tapi sebelumnya saya jelaskan dulu mengenai kelebihan dan tren dari processor ARM ini.
1. Prosesor ARM merupakan salah satu prosesor yang memiliki tingkat efisiensi computation power per watt yang sangat tinggi, sehingga cocok digunakan pada perangkat dengan sumber tenaga baterai seperti ponsel
2. Prosesor ARM saat ini telah mencapai kemampuan komputasi mendekati setara dengan komputasi prosesor dekstop seperti Intel Core series, belum lama Apple merilis iphone 5s yang merupakan ponsel pertama yang ditenagai oleh prosesor ARM 64bit, bahkan nVidia dengan produk terbarunya K1 berani mengklaim bahwa komputasi grafisnya setara dengan yang dimiliki oleh Playstation generasi ke 3
3. Banyak perangkat - perangkat elektronik yang mulai memanfaatkan prosesor ARM sebagai dapur pacu utama seperti perangkat jaringan (router), SSD (storage), smart watch, smart TV, tablet, dan bahkan netbook (chromebook)
4. Teknologi ARM dijual dengan model lisensi, terdapat 2 jenis lisensi yaitu lisensi untuk instruction set (ARM instruction set) dan lisensi untuk core architecture (Cortex), yang pasti untuk instruction set adalah lisensi yang wajib dimiliki bagi produsen, sedangkan untuk core architecture bersifat opsional, ARM memperbolehkan menggunakan reference architecture mereka (Cortex) atau merancang / memodifikasi sendiri seperti yang dilakukan oleh Qualcom, nVidia, Samsung, dan Apple
5. Marvell adalah salah satu perusahaan yang memproduksi chip ARM yang berada di Amerika yang didirikan oleh orang Indonesia bernama Sehat Sutardja
Kita tau bahwa hingga saat ini untuk urusan komputasi, Indonesia mau tidak mau masih tergantung dengan barang - barang impor, karena Intel lebih memilih mendirikan pabriknya di Malysia ketimbang di Indonesia. Kondisi ini sebenarnya bisa berubah jika kita memulainya dengan memproduksi sendiri chip ARM dengan melihat fakta no 4.
Dan dengan fakta no 5 , kita tidak perlu memulainya dari nol, negara bisa mengajak Marvell untuk membentuk sebuah joint venture untuk memproduksi chip ARM. Namun kita tidak boleh berhenti sampai disini, karena tujuan dari pembuatan perusahaan ini justru untuk mendorong tumbuhnya industri teknologi berbasis ARM. Dengan ketersediaan chip ARM secara lokal yang dihadapkan tersedia dengan harga murah, para pebisnis teknologi bisa memulai untuk membuat perangkat jaringan, smart TV, atau appliance lainya tanpa harus mengimpor
Dan dengan fakta no 2, kedepan bukannya tidak mungkin bahwa komputasi personal seperti laptop dan desktop akan dimotori oleh prosesor ARM dimana rumornya Apple sedang menguji coba MacBook berbasis prosesor ARM 64 bit. Sedangkan untuk urusan software, kita juga bisa mengembangkan OS berbasis Linux Ubuntu yang kini juga telah menyediakan versi ARM bahkan dengan kemampuan hybrid (bisa jadi Mobile OS, bisa jadi Desktop OS). Lebih dari itu, beberapa produsen server juga sudah mulai melirik untuk memproduksi server berbasir prosesor ARM 64bit
Saya sadar hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan,tentu akan banyak kendala, diantaranya adalah masalah merk, seandainya terdapat perusahaan lokal yang bisa memproduksi sebuah perangkat elektronik yang 100% lokal apakah ada yang mau membelinya? Kalau untuk ponsel mungkin akan susah karena harus bersaing dengan merk kenamaan. Namun untuk perangkat yang bersifat korporat sebenarnya bisa dilakukan, misalnya negara mengeluarkan kebijakan untuk seluruh kantor pemerintahan, bahwa perangkat - perangkat harus menggunakan buatan dalam negri yang tersedia seperti misalnya KiosK, SmartTV/ SmartScreen, Perangkat Jaringan, Terminal, hingga Server
Saya yakin kombinasi antara pemilihan teknologi yang tepat, peran nyata pemerintah, kebijakan yang mendorong dan melindungi, insentif yang mendorong, serta iklim riset dan pengembangan yang dibentuk akan dapat mewujdukan sebuah kemandirian bangsa dalam hal teknologi khususnya teknologi informasi.
;s.h.l.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H