Pada siang yang dingin itu, untuk pertama kalinya dia melangkahkan kaki di benua itu, sebuah benua yang sejuk dimana langit biru, kelompok awan bergulung menutupi sinar matahari yang hangat, serta hembusan angin dingin yang melewati wajahnya mengingatkannya akan kota kelahirannya.
Kemudian dia menyebrang jalan dan mendapati bahwa hanya disinilah dia dapat menjadi raja, semua orang memberikan jalan hanya untuk mempersilahkannya lewat, layaknya memiliki pasukan pengawal atau voorrijder yang tak kasat mata. Teringat pengalamannya dulu di tanah kelahirannya dimana makhluk-makhluk beroda dan peminum cairan karbon itu seperti tampak hendak menyergap dan memangsa dirinya serta setiap pejalan kaki yang melintas, namun disini dialah Raja.
Dia memandang pepohonan yang hijau dari balik bingkai kaca sembari melaju kencang, sesunguhnya pepohonan di tanah kelahirannya tidak kalah hijau dengan pepohonan yang dilihatnya tetapi nasib mereka berbeda jauh. Di tanah kelahirannya seorang manusia dengan semena-mena dapat mengakhiri hidup sebatang pohon, tetapi disini mereka dapat hidup dalam ketentraman.
Dari hal-hal tersebut dia mengambil suatu kesimpulan bahwa di sini nilai dari suatu kehidupan dinilai dengan tinggi, mulai dari mahkluk yang paling sederhana, mahluk yang tidak memiliki kesadaran atas dirinya sendiri, seperti sebatang pohon sampai makhluk yang mengklaim dirinya paling sempurna dan berakhlak, seperti manusia, seluruh hak untuk hidup mereka dihargai.
Pikirnya “Apakah harga dari kehidupan itu sejalan dengan prinsip ekonomi dimana hukum supply and demand menjadi suatu hal yang absolut? Haruskah tanah kelahirannya mengalami suatu masa paceklik kehidupan hanya untuk mengerti bahwa harga dari kehidupan itu mahal?”.
Terlepas dari semua pertanyaan itu, hanya karena keberuntungannya maka di tempat itu, Dia, Binatang yang dilihatnya, dan Pohon yang menjadi tempatnya berteduh menjadi Raja dan Ratu.
Seminggu kemudian dia kembali menjadi rakyat jelata
*prosa diatas merupakan kisah non fiksi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H