Tempo hari, dengan setumpuk kompleksitas tentang 'SOSIAL JUSTICE' Â sebab refleksi di jalan dan ruang digital lebih tepat ketimbang berada di ruang kelas, ia lebih memacu adrenaline energi itu tersalurkan langsung dari masyarakat kelas bawah energinya membuat tumbuh, bangkit , berani. melakukan reasoning dari kekacauan berfikir para pemangku kekuasaan.
IDEAL dalam kategori hukum yang disamakan dengan undang-undang, seperti rencana ambisi yang di paksakan karena ideal adalah bentuk konkrit penindasan lewat jalur 'TEKS'. Sebab keadilan itu abstrak ' jika (A) mengatakan itu adil, belum tentu itu adil bagi si (B), lalu keadilan itu apa ?.
Mengapa sedemikian rumit peraturan yang ada di bumi nusantara, hukum yang terkodifikasi. "Rumit mungki ada sosial teks di belakang panggung kekuasaan", tegas penulis ketika di wawancara di warung kopi nyai dijalan manyar depan pabrik bihun.Â
Kita bisa melihat kondisi sekarang di bumi pertiwi indonesia, di jaman yang semodern ini, secanggih ini ternyata di tubuh "SANG GARUDA" masih banyak kutu kutu yang mampu bertahan dalam lepit bulu bulu yang sehari sebelumnya sudah di bersihkan.
@@Kita mulai bertanya?@@
- Apakah  kejahatan terhadap perempuan berkurang ketika punish dinaikan? jelas tidak, sebab manusia mahluk efisiensi dia akan melakukan kejahatan memperkosa sekaligus membunuh, potensi menghilangkan saksi korban.
- Apakah lingkungan hidup dan hutan kita tumbuh dengan baik ? jelas tidak, jawabannya lihat di komunitas "Green Peace dan  Walhi" kalian akan menemukan jawabannya.
- Apakah narkoba itu bisa di atasi agar menghilang selamanya, narkoba itu merusak mental generasi ? jelas tidak sebab pengedar nya seseorang yang menggunakan pangkat dan jabatan Kapolda Sumatera Barat Irjen "Teddy Minahasa" pengedar narkoba jenis "SABU" kacau sangat negara ini beybeh.
Indonesia tidak hanya rumit dalam pelaksanaan menindak pejahat "white collar crime" peraturan atau pasal pasal masih membingungkan juga Ambiguitas, Â kadang dipermainkan di puter aja kaya 'gangsing'. kita di redam atas kebebasan berpendapat harus diam ketika ada kekacauan dari sektor sektor penguasa yang banyak exploitasi alam. perubahan perlu terapkan hukum progresif agar mafia pajak, mafia hukum, segala mafia masuk penjara dan di cabut kekayaan nya.
kita di anggap kurang ajar dan pembangkang bahkan subversif, ketika menentang kekacauan berfikir para penguasa, ruang kelas pun sekarang menganggap demikian.Â
keyakinan itu modal kita dalam  melihat bentuk nyata dari hukum dimasyarakat. termasuk media seperti tiktok,youtube, facebook, instagram, aplikasi yang mendominasi suara rakyat.Â
semoga Hakim tidak hanya terpaku pada teks, hakim harus terjun langsung agar faham akan situasi bangsa, Â inilah kekacauan babak baru di bumi nusantara. Â Keadilan itu terlihat semu! sebab etika itu tak nampak dalam setiap gerak manusia hanya sebatas cita cita leluhur. fikiran terus menerus dibelenggu oleh para MANUSIA yang di beri tahta oleh rakyat akan tetapi ia dzalim naudzubillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H