Mohon tunggu...
Wiwid Widodo
Wiwid Widodo Mohon Tunggu... -

Jawa, Indonesia, 175cm 99kg, positif thinking, best doing, fun-loving\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ah.... yang Ini Temannya yang Itu To ......

26 Juni 2010   02:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:16 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(tulisan kedua ku)

Jabatanku di kantor tempat aku sekarang bekerja, menuntutku harus sering-sering mewakili big-boss untuk bertemu dengan banyak orang dari berbagai golongan. Ada pe-golf amatiran, penjual barang loakan, pak polisi, pegawai negara, sopir-sopir truk, orang kargo bandara, direktur kantor mitra kerjaku sampai "juru mupu bea" (Jw; artinya "para pemungut pajak") dan masih banyak lagi.

Seperti beberapa bulan lalu, pas hari Minggu aku harus menemui sang "juru " tadi di sebuah hotel di tengah kota tempaku bekerja sekarang. Beliau ingin menemuiku karena jabatanku mengharuskanku untuk menemuinya. Terus terang aku berharap banyak beliau memberikan "pencerahan" mengenai berapa "bea " yang harus kubayar karena lokasi pekerjaanku ada di daerah kekuasaan sang "juru " tadi. Aku berharap pula bahwa yang harus kubayar dalam hitungan yang wajar, kalu bisa malah sedikit saja. Memang kusadari ada keterlambatan pembayaran, tapi aku berdalih bahwa peraturannya yang belum ada / jelas disebutkan. Lagi pula dasar pengenaan untuk besarnya pembayaran belum ditetapkan, mau setor nya ke kantor mana, dengan dinas apa, semua belum jelas waktu itu.

Aku korbankan waktu beribadah karena kupikir bisa ikut ibadah di shift sore ( seperti shift pak satpam aja...), padahal biasanya aku senang ikut pagi. Kutemui beliau nya itu jam 09.00 di lobby hotel, tempat beliau menginap. Mbak di front-office menyruhku menunggu sebentar, lalu dipanggilnya sang "juru " tadi. Beliau kelihatan segar, dengan membawa beberapa BB (blekberi) di tangan dan rokok dan kacamatan hitam yang kukira harganya mahal.

Tak banyak kata beliau menyodorkan map yang berisi tagihan untuk perusahaanku. Kulihat dengan mata yang hampir meloncat.... karena besarnya nilai yang tercantum di situ. Juga karena kop surat yang ada di situ tidak resmi, juga tidak ada tanda tangan siapapun di situ sebagai yang bertanggung jawab terhadap uang yang nanti harus kubayar.  Beliaunya menatapku dengan senyum yang terpaksa dibuat-buat dan sambil berkata : ...kenapa pak ? terlalu besar ya ? memang itu yang harus bapak bayar...     Sejenak aku bisa menguasai diri karena kaget luar biasa.  Setelah basa-basi akhirnya Beliaunya bilang : " ....itu memang belum ditanda tangani boss saya pak, artinya bapak masih bisa nego kok... bisa kita atur sama boss, tenang saja....pasti gak segitu gedenya, jangan khawatir pak. Ini hanya untuk perusahaan bapak lho... yang penting bapak ngerti dan nantinya ikhlas aja....  "

Dalam hatiku aku bertanya : "ngerti dan ikhlas" yang bagaimana itu ?  Ini hanya untuk perusahaan bapak lho...   artinya ?  Waktu itu memang lagi marak berita di koran dan TV, tentang pegawai "Juru mupu bea" yang liburan di negeri tetangga, negeri Air Mancur Singa, menginap di hotel mewah, karena punya banyak uang yang diperoleh karena pekerjaanya (yang entah benar atau karena "mupu bea" nya gak benar...) yang dijemput bapak-bapak penegak hukum untuk dipaksa pulang karena mau ditanyai asal muasal uangnya yang banyak itu.

Aku mulai menangkap "makna" akan kejadian di lobby hotel pagi itu. Hampir saja aku bertanya, apakah beliau nya ini TEMAN nya yang dijemput bapak-bapak penegak hukum, seperti yang kulihat kemarin sore di TV itu ? Ah... meski tidak dijawab pun, meski berkilah pun, intinya 'jas bukak iket blankon' , sama juga sami mawon..... cuma yang kutemui ini jumlahnya tak "seberapa" dibanding dengan yang di TV kemarin itu, tapi bagi perusahaan saya yang kecil dan baru mau tumbuh, sudah dihadang "bapak yang temannya lagi terkenal dan sering disebut di media itu..."    Ah.... yang ini temannya yang itu to ......   (padahal temannya yang lain kuyakin masih buanyaaakkk...)

Sebelum menutup pembicaraan beliaunya masih sempat minta dibelikan oleh-oleh untuk keluarganya dan hotelnya aku yang bayar.... piye iki ?

Wassalam...

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun