Mohon tunggu...
Azizah Robiatul
Azizah Robiatul Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Edukasi Kesehatan Mental di Era Problematika Generasi Z

31 Mei 2024   20:04 Diperbarui: 31 Mei 2024   20:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an, telah tumbuh dan berkembang di era teknologi digital yang pesat. Mereka memiliki kemampuan untuk mengakses informasi dengan cepat dan berkomunikasi intens melalui berbagai platform media sosial. (Bakar et al., 2022) Namun, kemajuan teknologi ini juga membawa dampak signifikan terhadap kesehatan mental mereka.

Generasi Z terbiasa dengan tekanan untuk mencapai standar yang tidak realistis, terutama karena pengaruh media sosial yang sering menampilkan gambar dan narasi yang diatur dengan cermat. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam memisahkan diri dari peran digital, kesulitan tidur, dan juga kecanduan media sosial. 

Tantangan utama yang dihadapi Generasi Z adalah rentan terhadap gangguan mental dan dorongan untuk mendapatkan hal-hal secara instan. Meskipun produktif, mereka cenderung mengalami gangguan mental karena ketergantungan pada teknologi dan kurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitar. WHO juga mengatakan bahwa etika dan mental mengacu  ketika individu menyadari potensi diri yang dimiliki mampu mengatur dan mengatasi tekanan secara internal maupun eksternal dengan baik apabila produktif dalam bekerja memberikan kontribusi positif terhadap lingkungannya.(David et al., 2023) 

Generasi Z adalah generasi yang dijadikan tumpuan untuk memimpin Indonesia Emas 1945. Namun, banyak anak kelahiran 2000 sampai 2010 ini mengalami masalah kesehatan mental yang dapat berdampak negatif terhadap perkembangan sosial dan ekonomi. (Purnomo & Mataram, 2023) Hal ini, akan berdampak negatif terhadap kehidupan mereka jika tidak ditangani sejak dini. 

Menurut data pada Mini International Neuropsychiatric Interview (MINI) menunjukkan hampir seluruh provinsi di Indonesia memiliki remaja berusia dibawah 15 tahun mengalami penyakit mental seperti depresi dan hanya 9% dari mereka yang memutuskan untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan kepada psikiater. (Bakar et al., 2022) Tingginya pengidap penyakit ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya pesatnya era globalisasi dalam teknologi, adanya kesenjangan sosial yang terjadi di lingkungan, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, teknologi menjadi salah satu yang sangat disoroti dalam penyebab terjadinya kesehatan mental generasi ini, meski memang tak semuanya buruk, tapi dari teknologi ini juga melahirkan dampak negatif penggunaan media sosial seperti cyber bullying, kecanduan terhadap game online juga rentan mengganggu kesehatan mental Generasi Z. 

Selain karena faktor teknologi, ada juga beberapa faktor lain yang menjadi penyebab gangguan mental, yakni faktor genetik, pola asuh orang tua, pendidikan, regulasi emosi, keterampilan sosial, dan kemampuan hidup.  

Solusi untuk mengatasi tantangan ini melibatkan peran banyak pihak. Generasi Z perlu terlibat aktif dalam menjaga kesehatan mental mereka dengan membatasi penggunaan media sosial dan menyadari dampak negatifnya. Pentingnya edukasi kesehatan mental di era problema Generasi Z memiliki keterkaitan yang kuat dengan mahasiswa Universitas Airlangga. 

Sebagai bagian dari Generasi Z, mahasiswa Universitas Airlangga rentan terhadap tekanan akademik yang tinggi, tuntutan sosial, dan dampak negatif dari penggunaan teknologi. Di tengah tantangan tersebut, edukasi kesehatan mental menjadi penting karena memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola stres, mengidentifikasi gejala gangguan mental, dan mencari bantuan jika diperlukan.

Mahasiswa Universitas Airlangga dapat memanfaatkan edukasi ini untuk meningkatkan kesejahteraan mental mereka, memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang keseimbangan hidup, dan mengembangkan strategi koping yang efektif. Melalui program-program edukasi yang diselenggarakan oleh universitas dan dukungan dari lingkungan kampus yang inklusif, mahasiswa dapat merasa didukung dalam menjaga kesehatan mental mereka selama masa studi mereka di Universitas Airlangga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun