Mohon tunggu...
Panjie Akbar
Panjie Akbar Mohon Tunggu... Seniman - Wirausaha

Tetap berproses untuk suatu sukses, belajar tidak mengenal akhir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Percik Doa Saat Hujan

7 Desember 2024   19:18 Diperbarui: 7 Desember 2024   20:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Nanti, saat musim telah berganti,
kubawa kau berteduh di bawah pohon yang hampir mati
Menikmati secangkir jengah yang kubisikkan pada setiap rantingnya
Kuanggap ini belum selesai,
menghirup wangimu kemarin pagi;
saat tubuh berlumur minyak zaitun

Bersama bocah-bocah tengil busungkan dada,
aku berlari dan terbang bermain air hujan
Kau berjalan sangat jauh dari pekatnya asap-asap kota
Hingga minyak zaitun luruh di keringat sebab rintih malam tadi
Dan tidur adalah jalan panjang mengukir mimpi abadi
Saat bocah-bocah tengil tidak lagi tampakkan diri

Menjelang malam aku berdiri di balik pintu
Saksikan gelap dicaci maki hujan akhir November
Entah musim apakah di negerimu saat ini
Kau hanya berjalan mengitari taman bunga;
dengan pohon zaitun yang kau tanam,
bersama percik doa-doa saat hujan kemarin pagi

3 Desember 24

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun