Lagi hangat dibicarakan, ada yang mengidentikkan Jokowi dengan Fir'aun, tokoh arogan dan antagonis dalam cerita-cerita sebagian kitab kaum agamawan. Ada yang pro, banyak yang kontra.
Tulisan ini bukan untuk mengiyakan atau menyetujui penisbatan-penisbatan tersebut. Pun, bukan pula mengeritisi. Hanya ingin sedikit menunjukkan kelucuan pemikiran dari masyarakat mayoritas sebuah bangsa; Bangsa Indonesia.
Dalam waktu tertentu, kaum agamawan di negeri ini yang mayoritasnya adalah Islam, telah menjustifikasi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir sesuai dengan ayat "khataman nabiyyin."
Ini berarti, tidak akan ada Nabi dan Rasul lagi setelah Nabi Muhammad SAW. Fix. Kalau pun ada yang mengaku nabi, pasti langsung diberi label 'Nabi Palsu'. Kedatangan Nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad SAW adalah pengakuan yang sesat dan menyesatkan.
Namun, acapkali di waktu yang lain, dengan mudah menisbatkan para pemimpin negara dengan para tokoh antagonis tersebut seperti Fir'aun, Namrudz, atau pun Abu Jahal. Peran para tokoh antagonis berlalu lalang melintasi batas ruang, waktu, dan keyakinan tanpa halangan apapun. Sebaliknya, para tokoh protagonis, dalam hal ini para Nabi dan Rasul malah dikungkung dengan 'kearifan' pemikiran mainstream kaum agamawan.
Jika demikian, kalau memang ada Fir'aun, siapa yang harus menjadi Musa; seorang militer aktif yang sanggup menghadapi Fir'aun.
Jika demikian, kalau memang ada Namrudz, siapa yang harus menjadi Ibrahim; seorang pemilik 'kapak' yang sanggup menghancurkan 'berhala'.
Jika demikian, kalau memang ada Abu Jahal, siapa yang harus menjadi Muhammad; seorang trah dari keluarga besar yang sanggup melawan arogansi kebudayaan Arab, yang notabene adalah kebudayaan dari masyarakat yang telah membesarkannya.
Lucunya, kalau pun ada, bukankah para Musa, Ibrahim, atau pun Muhammad 'baru' itu pun akan langsung dilabeli 'sesat'?
Yang harus diingat, yang mampu melawan arogansi kekuasaan Fir'aun, Namrudz, atau pun Abu Jahal hanyalah pribadi setingkat Nabi, sebuah pribadi yang kemunculannya ditolak oleh mayoritas masyarakat Indonesia saat ini.
Jadi, jayalah kalau memang ada pribadi setingkat Fir'aun, Namrudz, atau pun Abu Jahal di masa milenial ini.