Saya memahami jarum, sebagaimana yang saya ketahui saat ini; jarum jahit, jarum suntik, jarum renda, jarum layar, jarum sulam, dan sebangsa jarum lainnya.
Maka ketika Allah berfirman di dalam al-Qur'an yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan," (QS. Al-A'raf ayat 40), bagi saya itu adalah  sebuah  amsal; permisalan; perumpamaan tentang kemustahilan.
Bila kemudian ada ilmu pengetahuan membicarakan black hole yang memungkinkan unta masuk melewati lubang jarum karena setelah tersedot di black hole, unta pun menjadi sebesar jarum. Atau ada ilmu pengetahuan lain yang bisa membuat lubang jarum sebesar gajah. Lantas fakta dari ilmu pengetahuan tersebut bisa menggugurkan ayat Allah tentang 'kemustahilan' ini? Ah, yang benar saja.
Bila ayat itu berdiri sendiri, boleh jadi akan ada penafsiran-penafsiran tersendiri pula. Tetapi, permisalan tentang kemustahilan dan ketidakmungkinan ayat di atas, tidaklah berdiri sendiri. Itu adalah ayat berantai yang menceritakan tentang 'lahirnya sebuah umat' yang akan memberlakukan hukum-hukum Allah di muka bumi. Sebuah umat yang akan membangun 'Kerajaan Allah' sehingga penolakan umat atas itu digelari oleh Allah sebagai umat yang "Mendustakan ayat-ayat Kami dan Menyombongkan Diri."
Itu adalah kisah sunatullah tentang kebangkitan sebuah umat. Dalam kondisi hancurnya peradaban umat lama, munculnya peradaban umat baru, ditandai dengan kehadiran seorang Rasul atau pembawa risalah. Dalam situasi ini, umat bergejolak. Kehadiran Rasul banyak yang menolak. Tengoklah kisah-kisah lahirnya umat baru yang dibimbing para Rasul. Rasul mana yang tidak ditolak mayoritas umat?
"Tiap-tiap umat memiliki batas waktu (ajal), maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya *). Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daraipada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati *). Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya," (QS. Al-A'raf ayat 34-36).
Penolakan umat untuk menyambut kedatangan Rasul dan berjuang bersama Rasul dalam membangun 'Kerajaan Allah', yang akan memberlakukan hukum-hukum Allah di bumi Allah itulah yang disebut dengan "Mendustakan Ayat-Ayat Kami dan Menyombongkan Diri".
Umat inilah para penghuni neraka. Dan, tidak ada keringanan apapun sesuai 'permustahilan' Allah layaknya 'Jarum dan Unta'; "Hum fiiha khaliduun -- mereka kekal di dalamnya".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H