Tujuan tulisan ini tidak lain ialah mau menegaskan bahwa logika hannyalah pemantik bagi pikiran kita untuk melihat ke dalam dirinya sendiri, ke dalam pikiran sendiri, dan memperhatikan bagaimana proses-proses kerjanya.
Definisi dan argumentasi adalah subjek logika, dan semua masalah yang dibahas dalam logika itu tidak lain adalah predikat-predikat yang datang pada keduanya (definisi dan argumentasi). Tulisan ini hendak menegaskan bahwa definisi dan argumentasi itu diabstraksi dari senyatanya berpikir (baca: hakikat berpikir) manusia itu sendiri. Yakni, berpikirnya manusia itu tidak keluar dari dua hal tersebut (definisi dan argumentasi).
Dan, pada batas ini juga kita sama-sama menyadari bahwa berpikir logis bukanlah "buatan" atau "ciptaan manusia", tetapi berpikir logis itu telah inheren dan ada bersamaan dengan hadirnya manusia di bumi ini. Dengan kata lain, berpikir logis adalah "hukum penciptaan" yang tidak dapat dinegasikan baik secara ontologis maupun epistemologis.
Tidak ada satu pun manusia yang dapat menegasikan hukum tersebut. Karena menegasikannya adalah mengafirmasi hukum tersebut secara ontologis; sedangkan secara epistemologis kita menyadari betul bahwa sebab kita melakukan penegasian karena kita menerima salah satu hukum logis juga, yakni: "negasi dan afirmasi selamanya mustahil bertemu atau berkumpul."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H