Mohon tunggu...
Hamzah_Marie
Hamzah_Marie Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Anak ke-9 dari sembilan bersaudara. Saya ganteng, asik, baik, kharismatik, cerdas. Itu kata Saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

“Pendidikan Berkarakter, Mahakarya Kang Dedi untuk Purwakarta”

8 April 2016   00:39 Diperbarui: 8 April 2016   00:56 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dapat dipungkiri, sejak tahun 2008 Kabupaten Purwakarta dibawah kepemimpinan Kang Dedi mengalami perkembangan yang begitu cepat. Dari mulai pembangunan infrastruktur, pengentasan kemiskinan, kesehatan, hingga pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Purwakarta.

Dalam hal pendidikan, ada berbagai macam upaya nyata yang terus menerus ditingkatkan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta selama ini agar di masa yang akan datang, sumber daya manusia di Purwakarta dapat menjadi seorang manusia yang terdidik, berbudi pekerti luhur, serta memiliki potensi dan keterampilan yang dapat bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Jika kita telisik dalam hal pembangunan infrastruktur pendidikan, sebagai penunjang untuk mencapai keberhasilan proses pendidikan, terjadi peningkatan jumlah sekolah antara tahun 2012 dan 2013. Dimana terjadi penambahan satu SLTA dan sembilan SMK dalam kurun waktu satu tahun. (“Purwakarta Dalam Angka 2014”)

Selain itu, salah satu upaya Pemerintah Kabupaten dalam pembangunan infrastruktur pendidikan belum lama ini ialah program “satu toilet untuk satu kelas”. Diawali sejak tahun 2014, program ini merupakan upaya Kang Dedi akibat banyaknya sekolah yang hanya memiliki satu hingga dua toilet untuk menampung ratusan pelajar. Sehingga, dengan program ini diharapkan para pelajar akan dibiasakan untuk hidup sehat sedini mungkin.

Masih banyak sebetulnya upaya – upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam meningkatkan pendidikan di bidang infrastruktur. Akan tetapi, yang paling menarik dan sudah sepatutnya di apresiasi oleh kita semua ialah inovasi Kang Dedi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Purwakarta, dengan mengeluarkan konsep “Pendidikan Berkarakter”.

Konsep Pendidikan berkarakter yang dituangkan dalam Peraturan Bupati No. 69 tahun 2015 ini rasanya layak dikatakan sebagai “Mahakarya” Kang Dedi untuk Purwakarta. Bagaimana tidak, dalam naskah peraturan Bupati yang berjumlah 13 halaman itu, Kang Dedi merumuskan berbagai macam inovasi hingga pendidikan seperti apa yang selayaknya diberikan kepada pelajar Purwakarta selama 7 hari dalam satu minggu.       

Ruang lingkup penyelenggaraan pendidikan berkarakter di Kabupaten Purwakarta ini meliputi rangkaian kegiatan pembinaan dan pengasuhan pelajar di dalam dan di luar sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah guna mengembangkan potensi diri, mental, spiritual, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan berkarakter berpedoman pada nilai kesundaan yang diberi nama “7 Poe Atikan Pendidikan Purwakarta Istimewa”,  yang meliputi Senen “Ajeg Nusantara”, Salasa “Mapag di Buana”, Rebo “Maneuh di Sunda”, Kemis “Nyanding Wawangi”, Jumaah “Nyucikeun Diri”, dan Sabtu-Minggu “Betah di Imah”.

Senen “Ajeg Nusantara” terdiri dari dua buah kata, ajeg yang berarti tegak, dan Nusantara berarti hamparan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga dapat diartikan bahwa pada point ini, diharapkan para pelajar dapat berdiri dengan tegak di bumi Nusantara guna menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Kedua ialah Salasa “Mapag di Buana, merupakan sebuah kiasan yang mengartikan proses perjalanan di dunia Internasional. Dalam proses tersebut diharapkan para pelajar dapat memperluas berbagai macam wawasan yang ada di dunia, tanpa melupakan untuk mempersiapkan diri dalam menjemput peradaban dunia yang semakin modern ini.

Ketiga ialah Rebo “Maneuh di Sunda”, melalui konsep ini, diharapkan para pelajar dapat mengenal kultur serta potensi yang dimiliki oleh daerah, khususnya budaya sunda. Setelah pada hari senin dan selasa para pelajar diajak untuk mengenal Indonesia dan Dunia, pada hari ini mereka diajak untuk kembali pada jati dirinya sebagai orang sunda.

Selanjutnya ialah Kamis “Nyanding Wawangi”. Para pelajar yang sudah mengenal jati diri budayanya, membuka cakrawala nusantara, serta mengarungi dunia, kemudian pada hari ini diajak untuk naik pada tingkatan selanjutnya untuk hidup merdeka, belajar tanpa batas, serta diberikan ruang untuk berekspresi sesuai kemampuan yang dimiliki. Tentunya hal ini sangatlah diperlukan oleh para pelajar, agar mereka dapat membuka berbagai macam jendela ilmu sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun