Mohon tunggu...
Zayd Hussain
Zayd Hussain Mohon Tunggu... Administrasi - Menghindari kesesatan logika.

Senantiasa berusaha menikmati kopi seduhan istri. Bekerja untuk melunasi hutang. Mencari jalan pulang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Raja Salman oh Raja Salman

20 Maret 2017   17:58 Diperbarui: 20 Maret 2017   18:26 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berakhir sudah, hiruk pikuk ketika akan, saat dan beberapa saat setelah kedatangan Raja Salman, Raja Kerajaan Arab Saudi. Minimal itu yang saya temui di beberapa media massa langganan saya, kabar beritanya seperti sudah paripurna.

Mengais-ngais kembali catatan nostalgia masa-masa indah beberapa waktu kemarin. Saya coba sarikan dari situs portal berita favorit saya sementara ini, JendelaInfo.

Raja Salman, sosok raja yang hafal Al-Qur'an sejak usia 10 tahun ini menumbuhkan kekaguman tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak, di usia yang sedemikian muda beliau sudah menjadi seorang hafiz. Dan setelahnya, Raja Salman kecil memperdalam ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern di sekolah khusus yang didirikan ayahnya, Raja Abdulaziz pada 1356. Sejak kecil, Raja Salman telah terdidik dengan jiwa juang yang tangguh demi membela agama dan negaranya. Sebuah pendidikan yang menjadi model bagi saya.

Sebuah fakta sejarah yang mungkin lebih mirip sebagai dongeng pengantar tidur bagi sebagian orang. Tetapi mari coba kita lihat hasilnya sekarang.

Saya tidak terpikir, terbersitpun tidak, meninggalkan Presiden negara Adi Kuasa saat acara penyabutan kedatangannya hanya, saya yakin sebagian orang akan mengatakan hanya, untuk melaksanakan Sholat Ashar. Maasyaa Allah.

Saya kalau sedang mengikuti kegiata resmi kantor, masih mikir sekian kali bila terdengar lantunan azan. Walaupun akhirnya tetap saya tinggal, dengan menyampaikan ijin secara rendah hati, tetap saja rasa gimana gitu selalu saja menyertai.

Mari lihat yang lainnya lagi, berita ketika seorang anggota kerajaan dihukum pancung karena telah diputuskan bersalah akibat melakukan pembunuhan. Saya sampai tidak habis pikir.

Keyakinan saya masih tetap, bahwa manusia siapapun dia tidak akan lepas dari berbuat salah kecuali Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam tentunya. Raja Salman pun demika, beliau pasti punyak kesalahan. Tinggal sekarang kita bandingkan, kalau memang mau memandingkan, dengan berbagai bantuan kemanusiaan yang sudah dilakukannya melalui Lembaga Bantuan Raja Salman, peran sertanya membantu menjaga perdamaian wilayah Timur Tengah dan bahkan duina, perlawanannya yang serius terhadap teroris dan terorisme, apakah layak bagi kita untuk membicarakan kekurangannya?

Raja Salman oh Raja Salman, akankah aku memiliki seorang anak yang mewarisi akhlak serta budi pekertimu yang baik? Jauh dari pikiran saya kalau berharap memiliki anak yang mewarisi tahtamu. Tidak da yang tidak mungkin bagi Allah apabila sudah bekenhandak. Jadilah maka jadilah. Tetapi ingatlah ucapan ini "Semoga Allah merahmati orang yang mengetahui kadar dirinya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun