Mohon tunggu...
Zava Nuruzzuhrotil Ula
Zava Nuruzzuhrotil Ula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Halo! Saya mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Perilaku Akuntansi di LPD

8 November 2024   15:50 Diperbarui: 8 November 2024   15:59 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perilaku akuntansi yang jujur dan transparan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan, termasuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Dalam konteks LPD, di mana hubungan antara masyarakat adat dan lembaga keuangan saling terkait erat, transparansi dan integritas dalam pengelolaan keuangan sangat penting. Namun, penelitian terbaru yang dilakukan di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, mengungkap sebuah kenyataan yang mengejutkan: budaya organisasi dan beberapa faktor lainnya berperan signifikan dalam menentukan apakah karyawan cenderung melakukan kecurangan dalam laporan keuangan atau tidak.

Penelitian ini menyebutkan bahwa budaya organisasi yang kuat memiliki kemampuan untuk menekan perilaku kecurangan dalam dunia akuntansi. Budaya organisasi yang dimaksud tidak sekadar aturan tertulis atau prosedur yang harus dipatuhi, tetapi juga nilai-nilai yang dianut oleh seluruh anggota lembaga. Ketika budaya organisasi menekankan integritas, tanggung jawab, dan keterbukaan, karyawan akan lebih cenderung mengikuti aturan tersebut. Sebaliknya, jika nilai-nilai tersebut lemah atau tidak diterapkan dengan baik, potensi kecurangan semakin besar.

Penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana moralitas individu, informasi asimetri, dan budaya organisasi bisa mempengaruhi perilaku kecurangan akuntansi. Dari ketiga faktor tersebut, salah satu yang paling menarik perhatian adalah peran budaya organisasi. Budaya ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi menjadi fondasi yang membentuk sikap karyawan dalam bekerja. Misalnya, seorang pemimpin yang menjadi panutan (role model) dalam menjalankan tugas-tugasnya dengan jujur dan transparan akan menciptakan budaya di mana karyawan lain juga merasa harus berlaku sama.

Temuan ini menyoroti bahwa kecurangan akuntansi tidak muncul dari individu semata, melainkan juga dari lingkungan kerja yang kurang mendukung perilaku etis. Ketika budaya organisasi yang sehat terinternalisasi dengan baik, karyawan merasa termotivasi untuk melakukan yang terbaik, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga demi menjaga nama baik lembaga. Sebaliknya, tanpa penerapan budaya organisasi yang tegas, peluang untuk terjadi penyimpangan semakin terbuka. Kondisi inilah yang memicu beberapa kasus kecurangan yang terjadi di beberapa LPD, seperti yang dilaporkan dalam penelitian ini.

Sebagai masyarakat, kita sering kali tidak menyadari bagaimana budaya organisasi lembaga-lembaga seperti LPD dapat mempengaruhi kesejahteraan kita. LPD, yang sebagian besar mengelola keuangan masyarakat adat, memegang peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi desa. Jika terjadi kecurangan di dalam lembaga ini, maka dampaknya tidak hanya pada karyawan atau pengelola, tetapi juga pada masyarakat yang menggunakan jasa keuangan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami betapa krusialnya peran budaya organisasi dalam menjaga integritas lembaga keuangan.

Setelah memahami pentingnya budaya organisasi dalam mencegah kecurangan akuntansi, hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana masyarakat dapat berperan dalam memastikan lembaga keuangan seperti LPD mempraktikkan budaya organisasi yang kuat. Penelitian ini memberikan bukti nyata bahwa budaya yang sehat dan beretika di dalam suatu organisasi dapat berfungsi sebagai "pagar pengaman" yang melindungi integritas laporan keuangan. Namun, tanpa dukungan dari berbagai pihak, perubahan budaya ini sulit tercapai.

Bagi masyarakat yang bergantung pada LPD untuk kebutuhan keuangan mereka, peran serta dalam mengawasi lembaga ini tidak bisa diabaikan. Masyarakat adat yang memiliki LPD, misalnya, dapat terlibat secara aktif dengan menuntut transparansi dari para pengelola LPD. Ini berarti, masyarakat harus diberikan akses informasi yang jelas mengenai kinerja keuangan lembaga, yang sesuai dengan prinsip-prinsip keterbukaan. Dalam konteks penelitian ini, asimetri informasi antara karyawan LPD dan masyarakat terbukti memicu peluang terjadinya kecurangan. Oleh karena itu, membangun hubungan yang lebih transparan antara LPD dan masyarakat adalah langkah yang krusial.

Penting juga untuk diingat bahwa budaya organisasi yang kuat harus dimulai dari kepemimpinan yang baik. Pemimpin yang menunjukkan komitmen pada integritas akan menginspirasi karyawan lainnya untuk mengikuti. Sebaliknya, jika pemimpin lembaga justru memberikan contoh yang buruk, kecurangan akan dianggap sebagai sesuatu yang "wajar" oleh para karyawan. Di sinilah peran masyarakat menjadi penting. Masyarakat tidak hanya bisa menuntut transparansi, tetapi juga dapat menilai bagaimana pemimpin LPD menjalankan tugasnya. Sebuah lembaga dengan pemimpin yang memiliki integritas tinggi cenderung memiliki sistem yang lebih transparan dan akuntabel.

Di sisi lain, LPD sebagai lembaga keuangan yang sering kali diandalkan masyarakat desa adat, juga harus berkomitmen untuk membangun budaya kerja yang transparan dan etis. Program-program pelatihan yang menekankan pentingnya integritas dalam bekerja bisa menjadi salah satu cara untuk memperkuat budaya organisasi. Penelitian ini menegaskan bahwa adanya pelatihan dan pendidikan bagi karyawan mengenai pentingnya nilai-nilai moral dan etika akan membantu menurunkan peluang terjadinya kecurangan akuntansi. Dalam skala yang lebih besar, penerapan budaya organisasi yang baik di semua sektor akan menciptakan ekosistem keuangan yang lebih sehat, transparan, dan bertanggung jawab.

Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan bahwa budaya organisasi tidak hanya sekadar aturan yang ditetapkan oleh manajemen, tetapi merupakan nilai-nilai yang harus ditanamkan dan dijalankan oleh setiap elemen dalam organisasi. Budaya yang kuat dan beretika mampu mengurangi kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi di lembaga keuangan seperti LPD. Masyarakat memiliki peran penting dalam mengawasi dan menuntut transparansi dari lembaga keuangan yang mereka andalkan. Dengan kolaborasi antara pemimpin yang berintegritas, karyawan yang patuh pada etika, dan masyarakat yang peduli terhadap transparansi, kita dapat memastikan bahwa lembaga-lembaga keuangan berfungsi dengan jujur dan bertanggung jawab.

Inilah pentingnya peran budaya organisasi dalam menjaga kepercayaan publik terhadap lembaga keuangan lokal yang sangat bergantung pada integritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun