Mohon tunggu...
Yayi Solihah (Zatil Mutie)
Yayi Solihah (Zatil Mutie) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Seorang guru dari SMK N 1 Agrabinta Cianjur

Mencintai dunia literasi, berusaha untuk selalu menebar kebaikan melalui goresan pena.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenangan tentang Perjuangan Menyambut Bidadari Mungilku

9 Februari 2021   05:55 Diperbarui: 9 Februari 2021   06:20 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dear Diary ....

Senin, pukul 21:00, 8 Februari 2016.

Aku berbaring di kamar yang terasa semakin gerah. Efek pancaroba mulai merebak  kala itu, dan  kembali tersiksa dengan insomnia akut. Sementara suamiku, masih asyik mengotak-atik laptopnya, membereskan laporan bulanan wali kelas. Sejak kontraksi palsu mulai parah menyerang di akhir trimester tiga. Dia selalu siaga menunggu detik-detik si kecil lahir ke dunia.

Kehamilan yang ditunggu-tunggu ini, memang anugerah paling besar dari Sang Khalik. Sejak kehamilan pertama  harus gagal karena tragedi keguguran, sempat membuat  sedih berkepanjangan. 

Masa-masa sulit kami lewati untuk menunggu kehadiran janin di rahimku, tepatnya lima tahun setelah kejadian pahit itu berlalu.

Berbagai tudingan miring tentang kondisiku mulai mengusik telinga. Hingga saudara dan kerabat pun sudah menjuluki perempuan mandul. Beruntung, Mas Reihan tak lelah untuk bersabar dan memberi motivasi. Sempat terpikir kami ingin mengadopsi anak yatim, tapi dia tetap yakin, jika suatu saat akan mendapatkan kepercayaan memiliki momongan.

Siklus menstruasi berubah kacau-balau. Sejak keguguran, dan hormon yang menurut spesialis kandungan tak seimbang, menyebabkan bobot badan naik drastis. Kala itu aku pasrah, jika tak ditakdirkan memiliki anak. Hati ini tetap ikhlas menjalani garis takdir.

***

Awal Ramadhan waktu itu, tubuh ini tiba-tiba lemah. Selera makan berkurang, dan yang lebih mengherankan saat berbuka puasa lambung ini seakan menolak asupan makanan. Mual dan kembung. Biasanya asam lambung mulai naik. Namun, setitik impian kembali menyusup dalam kalbu. Diam-diam kubeli alat tes pendeteksi kehamilan di apotek.

Tepat pada saat dini hari, sambil menyiapkan santap sahur, tubuh gemetar menunggu hasil test urin--takut kekecewaan kembali menerpa--saat dua garis merah muncul pada alat itu. Tak terasa air mata bahagia langsung menetes. seakan tak percaya kucek ulang hingga beberapa kali, tapi hasilnya tetap sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun