Setiap daerah di Indonesia punya keunikan dan ciri khas tersendiri dalam beragam jenis kuliner. Biasanya kuliner tradisional ini sering sekali disajikan pada acara khusus masyarakat. Misal, acara pernikahan, khitanan, selamatan bayi, tujuh bulanan, atau acara adat lainnya.
Di tatar Sunda salah satunya, pada acara hajatan masih memegang teguh prinsip penggunaan kuliner tradisional, baik itu penganan, atau masakan utama. Kali ini mau membahas makanan tradisional apa saja yang masih dilestarikan.
Di daerah saya, Cianjur selatan. Kebiasaan yang masih berlaku adalah adanya istilah nyambungan. Yaitu memberikan amplop kepada pemilik hajatan yang nantinya akan "dipulang" alias diberi makanan atau berkat dari si empunya hajat.
Nah, apa sajakah makanan tradisional yang wajib ada pada acara hajatan Sunda? Yuk kita ulas satu per satu.
1. Peuyeum
Peuyeum atau yang digunakan pada acara kenduri atau hajatan adalah tape ketan. Bisa ketan hitam atau ketan putih, atau tape hajeli.
Peuyeum ini sangat erat kaitannya dengan budaya Sunda. Kalau secara kasar tak ada kenduri jika tidak ada peuyeum ketan. Kalau kata para sepuh pamali. Peuyeum ketan memang sangat khas dengan bentuk dan cara pembuatannya.
Konon katanya, jika membuat tape ini jangan dibantu atau dibuat oleh wanita yang sedang haid. Kelak jika tape matang akan ada bintik merahnya. Entah ini mitos atau apa, memang sering ditemui hal seperti ini.
2. Ulen atau uli