Mohon tunggu...
Izzati Yulia
Izzati Yulia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebersamaan yang Sudah Menjadi Tradisi

6 April 2016   10:05 Diperbarui: 6 April 2016   10:18 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada masyarakat sasak, kearifan lokal merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan agama dan adat budaya. Karenanya denyut nadi kehidupan masyarakat sasak memerlukan cara-cara yang arif lagi bijaksana. Karena itu sikap yang etik yang dikembangkan masyarakat sasak setidaknya juga tercermin dari petuah para orang tua yang dapat disimpulkan dalam ungkapan-ungkapan berikut : Bagus jaq siq gaweq te be bagus sih deit te, lenge gaweq te lenge deit te (baik yang dikerjakan maka akan mendapat kebaikan pula, begitupun sebaliknya buruk yang dikerjakan maka akan mendapatkan keburukan).

Masyarakat memahami bahwa seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan oleh manusia dalam melanjutkan evolusinya, hingga mencapai tujuan penciptaan. Kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling terkait. Bila terjadi gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada dalam lingkungan hidup akan ikut terganggu pula.

Hubungan antara sesama manusia bukanlah merupakan hubungan antara hamba dengan tuan. Pada masyarakat suku sasak di desa saya masih kental dengan tradisi gotong-royong, contohnya seperti pada saat membangun sekolah, masjid, di desa saya masih menggunakan tradisi gotong royong apalagi itu mencakup kebutuhan masyarakat seluruhnya, saling membantu antar sesama, kebersamaannya juga sangat kuat, tradisi-tradisi yang lainnya juga di lakukan secara kompak misalnya pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang sekaligus diadakan acara ngurisan atau disebut dalam bahasa “sasak” yaitu “ngurisang” dan “begibeng” atau “makan bersama” di Masjid, yang menyediakan makanan atau alakedarnya adalah masyarakat setempat, sebelum acara itu berlangsung terlebih dahulu ibu-ibu memasak dan kemudian masakannya di bawa ke Masjid. 

Begibeng atau makan bersma itu hanya di lakukan oleh laki-laki saja dan pada saat begibeng berlangsung disini ada sedikit pembedaan antara Tuan Guru dengan masyarakat biasa, hal itu di karenakan kita sebagai masyarakat biasa sangat menghormati Tuan Guru kita.

Masyarakat sangat antusias sekali mulai dari anak-anak sampai orang dewasa menyambut acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Jadi kebersamaan itu sangatlah penting di dalam suatu kehidupan masyarakat. Dengan adanya kebersamaan maka akan tercipta kehidupan yang lebih baik.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun