Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis & Konten Kreator Multi Talenta

Melihat berbagai peristiwa dari berbagai manusia dan berbagai sudut pandang

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kekayaan Palsu & Flexing Influencer Zaman Now

24 Januari 2023   16:35 Diperbarui: 8 Februari 2023   13:18 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Siapa manusia yang tidak menginginkan hidup kaya atau bergelimang harta? Kebanyakan orang khususnya kita yang hidup di era digital seperti sekarang ini, mendambakan hidup mewah seperti yang diperlihatkan para Influencer di media sosial. 

Meskipun ada saja orang yang menginginkan hidup sederhana saja asal kebutuhan bisa terpenuhi, namun harus diakui memiliki harta yang banyak dapat membuat kita lebih mudah menyelesaikan segala urusan di dunia. 

Jika kita melihat di media sosial begitu banyak Influencer atau Selebgram, menampilkan kehidupannya yang glamor dan mewah di akun media sosialnya. 

Mulai dari membeli tas branded seharga ratusan juta, membeli motor/mobil mewah, sampai jalan-jalan ke luar negeri, makan di restoran mewah, membeli jam taagan yang harganya puluhan juta dan masih banyak lagi. 

Namun tidak ada yang salah dengan hal itu karena media sosial adalah tempatnya berbagi, membagikan keseharian, membeli barang mewah atau jalan-jalan ke luar negeri itu adalah hak mereka. 

Kalau memang kenyataannya mereka bergelimang harta atau kaya raya, membagikan atau memposting keseharian sebagai gambaran kehidupan mereka itu sah-sah saja dilakukan. 

Tapi bagaimana jika ternyata kekayaan yang mereka tampilkan di media sosial, ternyata adalah palsu atau bukan miliknya sepenuhnya. 

Tentu tidak semua Influencer demikian namun ada beberapa kasus di Indonesia dimana seorang Influencer dengan jutaan pengikut di akunnya, selalu aktif mempertontonkan kekayaannya. 

Namun itu semua ternyata adalah hasil dari menipu orang banyak dan bahkan ada yang sampai dipenjara, artikel ini akan membahas mengenai para Influencer yang memiliki kekayaan palsu dan bahaya dari kebiasaan Flexing.

 

Apa Itu Flexing?

Sebelumnya kita perlu memahami terlebih dahulu arti Flexing itu sendiri karena di era media sosial seperti sekarang ada satu perspektif yang menanggap, bahwa seseorang yang hobi melakukan Flexing atau pamer itu sebenarnya ia memaksakan gaya hidupnya agar terlihat glamor di mata orang lain dan mendapat pengakuan sebagai orang kaya. 

Istilah Flexing ini ditujukan kepada mereka yang sering pamer kekayaan di media sosial, jadi intinya Flexing adalah kata ganti untuk pamer. 

Melansir dari Halodoc dalam artikel karya dr. Fadhli Rizal Hakim istilah ini dulunya digunakan dalam ranah ilmu ekonomi, untuk menggambarkan perilaku memamerkan aset dengan tujuan mengajak orang lain untuk berinvestasi. 

Berdasarkan kamus Merriam Webster, Flexing berasal dari kata 'flex' yang artinya menunjukan atau mendemonstrasikan sesuatu hal. Mempertontonkan kekayaan dan mengagumi kesuksesan pribadi, selalu membicarakan hartta yang dimiliki di media sosial, merupakan indikator seseorang sedang Flexing menurut akademisi sekaligus pebisnis Rhenald Kasali. 

Seirng berkembangnya media informasi Flexing dimaknai sebagai aktivitas memamerkan harta, dengan tujuan agar mendapat pengakuan dari khalayak atau publik yang melihatnya. 

Para pelaku Flexing biasanya beralasan melakukannya untuk memotivasi orang lain agar bisa sesukses dirinya, meskipun banyak orang yang menganggap Flexing di media sosial adalah sesuatu yang menjengkelkan bahkan salah.

Tipuan Kekayaan

Publik sempat dihebohkan beberapa waktu lalu dengan munculnya fenomena orang-orang yang mengaku sebagai Crazy Rich  publik pada saat itu, begitu gencar mencari tahu darimana sumber kekayaan mereka yang sering muncul mengumbar kekayaan di media sosial itu. 

Bermula dari ditangkapnya 2 orang yang mengaku Crazy Rich, yaitu Doni Salmanan dan Indra Kenz karena terbukti melakukan penipuan berkedok investasi trading saham. 

Mengutip dari Sonora.id dalam artikel karya Debbyani Nurinda bukan masalah, apabila ingin menunjukan kekayaan selama harta yang dipamerkan itu memang milik pribadi atau hasil dari kerja keras sendiri. 

Tapi jika semua yang dipamerkan itu hasil dari pinjaman, pencucian uang (money laundry), hasil dari berhutang itu yang bahaya. 

Karena memamerkan sesuatu atau membeli sesuatu di luar kapasitas finansial yang dimiliki, seorang Content Creator sekaligus Public Figure ternama Deddy Corbuzier mengungkap beberapa karakteristik orang kaya palsu yang sering tidak disadari, untuk menanggapi fenomena Crazy Rich ini. 

Deddy menjelaskan beberapa tanda seseorang tidak sekaya seperti yang diperlihatkannya, bersama seorang Pebisnis Tom Mc Ifle menjabarkan:

  • Wajib memiliki barang branded: orang kaya palsu sudah tahu merek apa dan produk mana yang bisa menaikan derajat mereka di mata publik dan di media sosial, Tom Mc Ifle menjelaskan "Bukan hanya outfit tetapi mereka diberikan uang yang banyak untuk dipublikasikan pertanda bahwa mereka itu kaya."
  • Butuh pengakuan: orang kaya palsu selalu mempublikasi segala sesuatu yang mereka lakukan dan punya, hal ini dilakukan karena mental mereka yang terbenuk sejak kecil sehingga mereka berusaha membangun kesan kepada publik bahwa mereka kaya.
  • Cenderung banyak haters: orang-orang kaya palsu ini justru sengaja menciptakan kelompok pembenci (haters), dimana orang-orang pada umumnya menginginkan hidup damai tanpa mencari musuh. Karena netizen lebih tertarik kepada orang yang menunjukan sensasi bukan prestasi, nama mereka akan semakin diperbincangkan dan dikenal banyak orang karena memiliki banyak haters.


Crazy Rich Palsu Berakhir di Penjara

Salah satu kasus Crazy Rich palsu yang paling menghebohkan publik adalah kasus Indra Kenz yang harus berakhir di penjara, dijelaskan bahwa kendaraan-kendaraaan mewah dan mahal yang dipertontonkannya di media sosial hanya untuk kepentingan konten. 

Begitu kurang lebih keterangan dari Kombes Gatot Repli Handoko, selaku Kabag Penum Divisi Humas Polri. 

Termasuk mobil Roll Royce dilaporkan bukan milik tersangka penipuan yang sebelumnya dikenal sebagai Influencer dan Afiliator tersebut, bukan hanya Roll Royce mobil mewah yang digunakan untuk membuat konten tapi juga ada beberapa mobil merek Toyota. 

Melansir dari CNBC Indonesia dalam artikel karya Teti Purwanti dari akun Instagram @divisihumaspolri pada Sabtu (19/03/2022), dikatakan "Terkait dengan kendaraan-kendaraan lain, disampaikan oleh penyidik bahwa pemeriksaan terhadap kendaraan Rolls-Royce maupun Toyota yang ada dalam konten itu, hanya tujuannya untuk pembuatan konten." 

Dikabarkan waktu itu Indra Kenz membeli Roll Royce, Tesla, Lamborghini seharga 9 miliar Rupiah, pembelian mobil-mobil mewah tersebut bertempat di Prestige Motorcars milik seorang Pengusaha Rudy Salim. 

Diduga dealer tersebut dijadikan tempat pencucian uang oleh Indra Kenz, Nama Rudy Salim jadi ikut terseret dalm kasus penipuan dan pencucian uang oleh Afiliator Binomo tersebut. 

Kuasa Hukum Rudy Salim Frank Hutapea membantahnya dengan mengatakan, bahwa Prstige Motorcars murni hanya melakukan bisnis jual beli mobil dan sama sekali tidak ada pencucian uang di dalamnya. 

Frank menjelaskan "Prestige Motorcars tidak ada hubungannya dengan industri yang dibangun oleh Indra maupun asal usul uangnya, kita (Prestige Motorcars) murni jual beli mobil, tidak pernah terlibat dalam usaha si pembeli mobil kita bukan penadah."


Orang Kaya Palsu menurut Rhenald Khasali

Orang yang senang pamer atau Flexing di media sosial sebenarnya dia tidak sekaya yang diperlihatkannya di depan publik, Akademisi, Pebisnis, sekaligus Pendiri Yayasan Rumah Perubahan Rhenald Kasali, menyampaikan sebuah pepatah yang berbunyi 'poverty screams but wealth whispers' artinya orang kaya yang sesungguhnya tidak suka pamer, justru lebih menginginkan privasi. 

Mengutip dari DetikFinance dalam artikel karya Anisa Indraini Rhenald mengatakan "Jadi benar sekali bahwa orang-orang yang kaya itu tidak berisik, whispers, jadi agak malu membicarakan tentang kekayaan, jadi kalau orang masih melihat label harga, atau mempersoalkan uang berarti dia belum kaya, jadi orang kaya itu biasanya diam-diam saja lah." 

Fenomena Flexing ini sudah banyak dijadikan alat untuk kepentingan marketing atau penjualan, Guru Besar Ilmu Manajmen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini juga menjelaskan mengenai teori Consumer Behavior. 

Dimana ada yang namanya conspicuous consumption atau konsumsi yang sengaja dilakukan, untuk mengajak orang lain. Rhenald menambahkan "Cara flexing itu adalah marketing untuk membangun kepercayaan kepada customer dan akhirnya customer percaya dan menaruh uangnya."

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun