Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Sparta: 300 Pasukan Super & Raja Pemberani

26 Desember 2022   14:48 Diperbarui: 26 Desember 2022   16:37 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from: Heta News

Mereka sedikit demi sedikit berhasil membantai Pasukan Persia, pertempuran ini juga menjadi yang terakhir bagi Raja Leonidas karena di pertempuran ini juga ia akhirnya mati. 

Mengutip dari News.Okezone.com dalam artikel karya Rahman Asmardika kisah Raja Leonidas Si Pemberani, selalu dikenang dari generasi ke generasi sepanjang sejarah Yunani. 

Khususnya kisah pertempuran Thermopylae yang begitu heroik, walaupun Leonidas hanya memerintah dalam waktu yang terbilang pendek yakni 10 tahun. 

Hanya sedikit kerajaan/kota yang ikut bergabung dalam peperangan melawan Persia ini kebanyakan dari mereka memilih netral atau menyerah kepada Kaisar Xerxes, sementara Athena dan Sparta menjadi pemimpin dalam gerakan perlawanan terhadap Persia. 

Xerxes putra Raja Darius kembali mengumpulkan kekuatan angaktan darat dan angkatan laut untuk melakukan serangan kedua, setelah serangan pertama Persia ke Yunani berakhir kekalahan di Peperangan Marathon pada 190 SM.

Pergerakan Pasukan Persia tertahan oleh pasukan aliansi Yuanani yang dipimpin Raja Leonidas di Thermopylae, sebelumnya mereka telah berhasil memasuki Hellespont yang sekarang bernama Dardanella, lalu maju ke Tharce, Makedonia, dan Thessaly pada 480 SM. 

Sekarang kita akan membahas sedikit profil dari Raja Leonidas, ia adalah putra kedua Raja Anaxandrias dari istri pertamanya. 

Dalam kebudayaan Sparta setiap anak laki-laki wajib mengikuti 'Agoge' yaitu pelatihan fisik yang keras dan brutal, laki-laki Sparta wajib mengikutinya dari kecil hingga berusia 30 tahun. 

Selama mengikuti 'Agoge' mereka diajari kemampuan bertarung tangan kosong, ilmu pedang, melempar tombak, memanah, dan yang paling ekstrim adalah mereka dilepaskan ke alam bebas, di sana mereka akan bertahan hidup dari dinginnya alam liar dan berhadapan dengan hewan buas. 

Di tahap ini yang bertahan adalah yang terkuat mereka yang bertahan akan hidup, sedangkan mereka yang gagal dipastikan mati entah dimakan hewan buas atau mati kedinginan dan kelaparan di alam liar. 

Melansir dari Worl History Encyclopedia dalam artikel karya Joshua J. Mark di Sparta, laki-laki lebih didorong untuk menjadi pria yang tangguh untuk bertugas sebagai tentara bersenjata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun