Ancaman Resesi Global 2023, Bagaimana dengan Indonesia?

Menjelang berakhirnya tahun 2022 ini semakin ramai berita tentang Resesi Global yang diprediksi akan terjadi di tahun 2023, istilah Resesi mungkin terdengar asing bagi orang awam yang tidak mempelajari Ekonomi secara mendalam. 

Jadi pertanyaanya apa itu Resesi Ekonomi? Sebelum kita membahasnya lebih dalam, beberapa waktu terakhir muncul banyak statement dari berbagai kalangan yang mengarah pada satu kecemasan, yakni Resesi Global tahun 2023 yang sekarang ini tinggal menghitung hari. 

Melansir dari Kabarbaru.co dalam artikel karya Amlaya Natasha orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari Influencer, Pejabat Publik, hingga Presiden ramai membuat statement yang sama akhir-akhir ini. 

Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan dalam salah satu pidatonya, bahwa kondisi ekonomi sulit tahun ini dan tahun depan kondisi ekonomi akan gelap. 

Sekarang kita bahas terlebih dahulu definisi Resesi dalam Ekonomi, artikel ini hanya menjelaskan definisi paling sederhana dari Resesi yang juga masih terdapat banyak pertentangan dari para Ahli Ekonomi. 

Karena ada banyak variabel yang harus dipertimbangkan untuk mendefinisikan Resesi, seperti tingkat pengangguran dan tingkat kepercayaan konsumen. 

Menurut Moffatt (2018) Resesi mengarah pada penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) selama 2 tahun atau lebih kuartal berturut-turut, namun masih ada beberapa dasar dalam penulisan artikel berita koran atau majalah, baik konvensional maupun digital saat menggunakan kata atau frasa Resesi.

Bagaimanapun artikel ini tidak akan berfokus pada perbedaan definisi Resesi intinya apabila terjadi secara global dan melibatkan banyak negara, maka Resesi bisa diartikan sebagai penurunan ekonomi global. 

Arus PHK di tahun 2022 ini kemungkinan semakin meningkat hingga tahun yang akan datang ini adalah salah satu peristiwa dalam Resesi Global 2023, banyak perusahaan yang terpaksa merumahkan atau memutus hubungan kerja ribuan karyawannya. 

Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya PHK pada perusahaan, mulai dari perusahaan yang berpindah kepemilikan karena pemilik/manajemen tidak bisa menanggung biaya, ditambah lagi krisis ekonomi global yang semakin parah, berkembangnya tekonologi mesin, sehingga biaya pengeluaran perusahaan meningkat untuk membeli mesin, jadi terpaksa perusahaan melakukan efisiensi SDM untuk mengalokasi gaji karyawan ke pembelian mesin.