Siang itu di sebuah istana yang megah berkumpul empat orang laki-laki. Perawakan mereka nyaris hampir sama, kekar, tinggi dan terlihat sangar. Mereka tak lain adalah para Raja dari Negara Air, Api, Tanah dan Udara yang memenuhi undangan dari Kerajaan Awan. Keempat Raja tersebut telah termashur kehebatannya. Daerah kekuasaan mereka luas, tentara mereka tangguh dan mereka memiliki istri-istri yang cantik dan hebat yang bisa selalu menenangkan mereka di saat galau. Tapi sehebat apapun mereka tetap saja mereka masih kalah dibanding pemimpin dari kerajaan Awan yang dipimpin oleh Ratu Nirmala.
Sembari menunggu kedatangan sang Ratu, secara berbisik mereka saling berbicara satu sama lain. Berkatalah Raja Air,
“Aku heran, apa yang membuat Negara Awan ini sangat makmur dan sangat disegani padahal pemimpinnya adalah seorang wanita?”
“Iya, bahkan daerah kekuasann kita jika digabungkan tidak akan cukup untuk menyamai kepunyaan Ratu.” Kata Raja Api.
“Aku jadi bertanya-tanya, siapa gerangan lelaki di balik ketangguhan sang Ratu?” Ujar Raja Tanah menimpali tak kalah heran. Raja Udara hanya diam manggut-manggut saja.
Tiba-tiba dari dalam ruangan muncul seorang lelaki, tampan. Hidungnya mancung dengan lesung di kedua pipinya. Gaya berjalannya lemah gemulai dan kemayu nyaris mirip gadis remaja yang baru pertama kali jatuh cinta. Ia tampak semakin anggun dengan perhiasan yang melekat ditubuhnya. Rupanya dari tadi ia mendengar pembicaraan tamunya tanpa mereka sadari.
“Akulah suami Ratu Nirmala.” ujarnya sembari menghidangkan jamuan dan segera berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H