Mohon tunggu...
Zasmi Arel
Zasmi Arel Mohon Tunggu... -

Blogger yang senang menulis tapi belum menjadi penulis dan senantiasa bermimpi menjadi penulis dengan buah karya hasil dari yang ditulis..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Odel Shopping Center: Alternatif Tempat Belanja Oleh-oleh di Kota Colombo, Sri Lanka

12 Oktober 2010   01:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:30 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di penghujung waktu kunjungan ke Kota Colombo, Sri Lanka, saya dan atasan terpikirkan untuk mencari oleh-oleh untuk penghuni kantor dan keluarga di rumah. Timbang sana sini akhirnya kami putuskan untuk membeli souvenir dan t-shirt yang ada embel-embel khas Sri Lanka.

Saya coba bertanya kepada pelayan restouran hotel tempat kami menginap, kira-kira harus kemana kami pergi untuk mendapatkan barang tersebut. Pelayan restoran tersebut menyebutkan beberapa alternatif tempat, yaitu: Pettah Market, Majestic, dan Odel Shopping Center. Sebelumnya istri saya sempat sms bahwa dia sedang membaca majalah femina terbitan lama. Disana juga di sebutkan beberapa lokasi tempat belanja oleh-oleh di Colombo sebagaimana tersebut di atas. Saya bertanya sedikit detail kepada pelayan restoran tersebut, khususnya spesifikasi barang dan juga kisaran harga dan perbandingannya. Hal ini saya lakukan supaya bisa mengukur waktu perjalanan ke masing-masing lokasi. Transportasi menuju ke lokasi pun tak luput dari pertanyaan yang saya ajukan. Tujuan pertama kami arahkan ke Majestic Shopping Center. Disini kami mencoba menemukan toko souvenir dan juga Kain Saree. Kebetulan istri atasan memesan kain tersebut. Sepengamatan saya pusat perbelanjaan ini layaknya Mall Ambasador, namun tempatnya lebih kecil. Barang yang pertama kami dapat adalah Kain Saree. Kain ini merupakan kain khas SriLanka. Untuk yang tradisional, wujudnya menyerupai kain khas dari daerah saya, Kain Songket. Namun ada juga yang terbuat dari sutra. Harganya pun bervariasi, baik antar motif maupun antar toko, mulai dari 3500 rupee sampai dengan 20.000 rupee (sekitar US$ 35 - 200). Sistem tawar menawar pun masih memungkinkan di sini. Sayangnya, wajah kami sangat mencerminkan pendatang, sehingga kisaran harga yang didapat tidak terlalu jauh dari harga yang dibandrol. Kemudian kami menemukan toko yang khusus menjual souvenir. Mulai dari ukiran kayu, gantungan kunci, pernik-pernik hiasan dinding, lukisan kain, dan juga batik khas Sri Lanka. Mmm, saya baru tahu kalau di Sri Lanka ternyata juga ada batik. Setelah menimbang beberapa saat, pilihan kami akhirnya tertuju pada tempat menyimpan perhiasan khas Sri Lanka yang terbuat dari kayu. Bayangan kami nantinya, tempat itu bisa multi fungsi. Dari penjualnya kami tahu bahwa kebiasaan penduduk asli Sri Lanka menyimpan perhiasan dalam sebuah wadah bercorak lukisan khas. Tempat atau wadah ini umumnya terbuat dari kayu. Pada toko yang kami datangi harga tempat perhiasan ini berkisar antara 250 rupee sampai 800 rupee (US$ 2,5 - 8). Kami pun berhitung jumlah yang harus di beli, cukup lumayan banyak. Selanjutnya kami mencari t-shirt khas SriLanka. Dari petugas di toko souvenir tadi, lagi-lagi kami mendapatkan nama Odel Shopping Center. Kami pun memutuskan untuk ke sana. Sebelumnya mampir dulu ke hotel meletakkan barang belanjaan dari Majestic. Setelah makan siang, kami meluncur ke Odel. Saya bertanya kepada petugas hotel bagaimana cara mencapai tempat itu. Supaya cepat dan praktis petugas hotel menyarankan kami untuk naik tuk tuk, kebetulan di depan hotel selalu mangkal sopir tuk tuk. Setelah proses tawar menawar, disepakati angka 150 rupee sekali jalan, kami pun meluncur. Odel merupakan pusat perbelanjaan pertama di Sri Lanka. Bila kita membaca profile toko ini melalui website resmi mereka (www.odel.lk) adalah seorang Otara Gunewardene yang memulai usaha ini dengan menjual pakaian dari garasi mobil rumahnya kepada keluarga dan teman-temannya. Meskipun kala itu ia tersandung dengan perkembangan industri ritel fashion itu sendiri, namun ia melihat bahwa potensi pengembangan ritel di Sri Lanka sangat berprospek. Dari apa yang sudah ia mulai dan keyakinan akan potensi tersebut maka pada tahun 1990 ia meluncurkan merk Sri Lanka yang paling inovatif, yaitu Odel. Jika di Indonesia, suasana Odel serupa dengan factory outlet yang saya tahu bertebaran di Bandung dan Bogor. Uniknya di sini adalah merk Odel itu sendiri, dipadukan dengan disain gambar dan tulisan yang mencerminkan ciri khas Sri Lanka. Tempatnya sendiri menurut saya tidak terlalu besar, hanya dua setengah lantai. Karena tujuan kami ke Odel adalah t-shirt, maka kami cari disain yang benar-benar mewakili atau mempunyai ciri khas Sri Lanka. Harga t-shirt yang kami beli berkisar antara 375 rupee sampai dengan 675 rupee (atau sekitar US$ 4 - 7). Disinilah kekuatan Odel, image dan strategi marketing mereka cukup kuat, sehingga cukup dikenal. Yang harus diperhatikan adalah transaksi di Odel menggunakan mata uang lokal. Artinya bagi yang terbiasa dengan cash system harus menyiapkan uang lokal ketika hendak membayar di kasir. Saya tidak begitu memperhatikan apakah pembayaran dengan kartu kredit dimungkinkan, mengingat waktu berbelanja saya menggunakan uang cash. Namun jangan khawatir, kita dapat menukar uang dolar pada money changer yang tersedia di ujung koridor lantai satu pusat perbelanjaan tersebut. Hari itu adalah hari terakhir kunjungan sepuluh hari kami di Colombo. Pesawat yang akan membawa kami kembali dijadwalkan lepas landas Pukul 01.15 dini hari waktu Colombo. Setelah menyelesaikan administrasi hotel, sekitar pukul delapan  malam, dengan diantar Ananda kami beranjak menuju Bandara Colombo. Sebagaimana waktu datang, saat perjalanan menuju bandara ini pun kami harus melewati beberapa pos penjagaan, dan yang paling terasa ketat adalah waktu akan masuk areal bandara. Namun kali ini perasaan takut seperti ketika datang tidak begitu terasa, mungkin karena pengaruh dari selama sepuluh hari berbaur dengan kehidupan Colombo. Sekitar Pukul 10.00 malam kami tiba di Bandaraneika International Airport. Saya ingat pesan teman, sebelum masuk areal check in, sebaiknya lakukan apa yang harus dilakukan, misalnya menukarkan kembali rupee Sri Lanka ke dollar USA. Karena, jika kita sudah masuk di areal check in, maka kita tidak diperbolehkan lagi keluar. Begitu ketatnya pengawasan di bandara tersebut. Kira-kira pukul setengah dua belas malam, kami menganteri menuju ruang check in. Wuih, anteriannya minta ampun, menyesal juga kenapa tidak dari tadi masuknya. Melalui proses check in, pemeriksaan di bagian imigrasi, pemeriksaan di gate masuk ruang boarding, dan… tepat Pukul 01.15 pesawat yang akan membawa kami ke Bangkok lepas landas. Sekitar Pukul 06.00 pagi kembali kami mendarat di Suvarnabhumi International Airport, Bangkok. Lalu Pukul 07.30 pesawat yang membawa kami lepas landas dari Bangkok, dan sekitar Pukul 11.30 akhirnya kami mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Mmm, sebuah kunjungan singkat yang mengesankan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun