Mohon tunggu...
Zasmi Arel
Zasmi Arel Mohon Tunggu... -

Blogger yang senang menulis tapi belum menjadi penulis dan senantiasa bermimpi menjadi penulis dengan buah karya hasil dari yang ditulis..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gangaramaya Temple di Kota Colombo, Sri Lanka

30 September 2010   01:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:51 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Senang rasanya bisa berkunjung ke salah satu kuil yang menjadi tempat beribadah utama penganut budha di Sri Lanka, Gangaramaya temple namanya. Kuil ini terletak tepat di tepi jalan raya Sir Jinatarana, Distrik Slave Island dan dekat Danau Beira, salah satu danau yang terletak di tengah kota Colombo. Kami tiba di kuil tersebut sekitar Pukul 10.00 dengan dipandu oleh seorang sopir tuk tuk. Dari tampak luar, bangunan kuil ini sebenarnya biasa saja. Akan tetapi jika diperhatikan secara seksama, di bagian dindingnya terpajang beraneka macam hiasan, patung, lukisan, dan ukiran-ukiran kayu.

Sopir tuk tuk yang membawa kami seperti sudah sangat paham dengan kondisi kuil. Dia juga sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika membawa tamu berkunjung ke kuil tersebut. Ini terbukti ketika salah seorang pengurus kuil menghampiri kami. Dia memberikan salam dan menjelaskan siapa dan apa maksud kedatangan kami. Penjaga kuil tersebut kemudian tersenyum dan mempersilahkan kami masuk. Untuk bisa masuk ke areal kuil tersebut, kita diharuskan melepas alas kaki.

Kami diajak oleh sopir tuk tuk ke ruangan utama kuil. Di ruangan tersebut terdapar patung Sang Budha sedang duduk bersila dengan tingginya mungkin sekitar 7 meter. Di sekeliling patung Sang Budha terpajang beberapa patung lain yang lebih kecil. Di bagian depannya terdapat beberapa wadah mirip sesajen yang penuh dengan bunga warna-warni. Kami perhatikan beberapa orang pengunjung, tak terkecuali sopir tuk tuk tadi berdiri dengan gerakan layaknya orang budha sembahyang (tangan menyembah dan kepala sedikit menunduk beberapa kali gerakan) di depan patung Sang Budha.

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan. Beberapa kali saya membidikkan kamera digital ke arah orang yang sedang bersembahyang tersebut. Tiba-tiba datang seorang petugas kuil menghampiri. Dengan sopan beliau menjelaskan kepada saya supaya tidak mengambil foto orang yang sedang bersembahyang dengan latar belakang patung sang budha. Patung itu sangat mereka hormati, sehingga tidak pantas rasanya menjadi latar untuk berpose, meskipun yang saya ambil adalah bukan orang dalam posisi berpose. Namun saya tetap diijinkan untuk mengambil foto patung sang budha secara utuh.

Dari ruangan utama, kami melangkah menuju sisi kiri bangunan. Di sini kami melihat seekor gajah yang sangat besar. Kami sempat berpose dengan latar belakang gajah tersebut. Dari sopir tuk tuk tadi kami kemudian mengetahui jika ternyata kuil Gangaramaya termasuk kuil terpenting bagi umat Budha di kota Colombo. Sebab kuil ini menjadi lokasi Festival Navam Perahera yang digelar setiap malam purnama (Poya Day) sekitar bulan Februari.

Poya Day adalah salah satu hari besar umat budha dan dijadikan libur nasional bulanan di Sri Lanka. Festival ini dilakukan umat Budha Sri Lanka sejak tahun 1979. Dalam festival itu rupanya ada karnaval gajah yang dihias, dijelaskan sekitar 50 ekor gajah. Mereka berjalan dari kuil ini, kemudian mengelilingi Viharamahadevi Park dan Danau Beira.

Di sisi kiri bangunan kuil juga terdapat deretan perapian dengan baranya yang masih ngebul. Ada juga dagoba (stupa), bangunan berbentuk kubah berwarna putih. Kami juga sempat berpose dengan latar bangunan tersebut.

Di sisi kanan dagoba tersebut duduk beberapa orang biksu muda. Sang supir tuk tuk memberikan salam dan mempersilahkan saya untuk mengambil foto. Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, lalu ikut memberikan salam setelah selesai mengambil foto. Saya jadi ingat pengalaman dalam penerbangan dari Bangkok ke Colombo dan kebetulan satu pesawat bersama rombongan para biksu, ternyata mereka memang sangat dihormati.

Dari sisi kiri dan belakang bangunan kami menuju ke bagian dalam kuil. Bagian yang pertama menarik perhatian kami adalah jejeran beberapa candi. Disini saya juga diisyaratkan hanya bisa mengambil foto, tidak boleh berpose. Ada seorang pengunjung yang nekat memasuki areal candi bermaksud untuk berpose. Dengan sigap dan hormat datang petugas kuil yang mempersilahkan pengunjung tersebut keluar dari lokasi candi.

Kami melanjutkan langkah ke bagian tengah bangunan kuil. Disini terletak beberapa patung dan benda-benda kuno yang tersusun rapi. Dari penjelasan seorang petugas kuil saya kemudian mengetahui jika kuil ini juga berfungsi sebagai museum budha.

Koleksi yang terdapat dalam museum ini berupa benda-benda bersejarah seperti patung yang berasal dari Thailand, Myanmar dan Jepang. Selain itu, kuil ini juga memiliki buku-buku kuno yang tersimpan rapi dalam perpustakaannya. Sayangnya saat itu saya tidak diperkenankan masuk ke ruangan perpustakaan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun