Tahun lalu, pada bulan Desember, saat liburan Natal dan Tahun Baru, saya dan keluarga pergi berlibur ke Kota Bandung.Â
Kami berangkat menggunakan mobil sekitar jam 1o pagi, karena sebelumnya tidak ada rencana menuju Bandung, dan tiba di Bandung sekitar jam 10 malam. Setibanya di Bandung, kami langsung makan malam di rumah makan Kedai Aceh yang buka 24 jam.Â
Saya masih belum tahu seperti apa suasana di Bandung, karena saat itu sudah malam, jadi sepanjang jalanan gelap layaknya jalanan biasa. Setelah selesai makan, kami langsung menuju penginapan.Â
Keesokan harinya kami bangun pagi-pagi sekali, karena kami akan menuju destinasi pertama, yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Jarak dari tempat penginapan ke Gunung Tangkuban Perahu memakan waktu sekitar 45 menit. Di perjalanan kami singgah di salah satu warung kaki lima yang menjual bubur ayam.Â
Keadaan jalanan masih cukup sepi dari kendaraan, langit masih diselimuti embun pagi, dan suhunya sedikit dingin. Rasanya sangat bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menikmati semangkok bubur ayam yang hangat di pagi hari yang damai bersama keluarga tersayang.Â
Setelah sarapan, kami langsung menuju Gunung Tangkuban Perahu. Sesampainya di sana, ternyata belum ramai pengunjung jadi kami tidak perlu mengantre lama untuk membeli karcis. Setelah memarkir mobil, kami segera turun dan disambut pemandangan yang sangat indah.Â
Gunung Tangkuban Perahu terbentang luas di hadapan kami. Berada di ketinggian 2.084 mdpl, Gunung Tangkuban Perahu memiliki kawah aktif yang menjadi daya tariknya, seperti Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru dan Kawah Domas, seperti dilansir dari website Kompas.
Kami menghabiskan waktu dengan mengambil gambar, menikmati pemandangan, dan makan jagung bakar. Setelah puas menjelajahi, kami menuju ke tempat selanjutnya, yaitu Mal Paris van Java.Â
Keadaan di mal cukup ramai pengunjung. Kebetulan, di sana sedang ada pameran hewan, seperti kelinci, hamster, dan masih banyak lagi.Â
Di sana, kami sekadar jalan-jalan, lalu makan siang dan membeli oleh-oleh khas Bandung, yaitu Bolu Bakar Tunggal. Kemudian, kami pulang ke penginapan untuk berisirahat.Â
Ketika malam hari, kami keluar karena ingin ke Jalan Braga. Namun, bukan takdir, saat di tengah jalan, ternyata turun hujan.Â
Oleh karena itu, kami menuju rumah makan Sinar Gakong. Keesokan harinya adalah hari terakhir kami di Bandung. Namun, sebelum pulang, kami mampir sebentar untuk jalan-jalan di Jalan Braga.Â
Saat itu masih pagi, tetapi sudah ramai pengunjung. Di tepi Jalan Braga terdapat banyak kedai makanan dan minuman, mulai dari kafe, restoran, galeri seni, kedai es krim, dan bermacam-macam spot foto kekinian. Selain itu, kami juga mengunjungi Jalan Asia Afrika.Â
Setelah puas berjalan, kami pulang menuju Surabaya. Saat dalam perjalanan menuju Surabaya, kami tidak lupa membeli cireng khas Bandung di sekitar penginapan.
Kesan saya terhadap Kota Bandung adalah jalanannya rindang, setidaknya di sekitar penginapan saya. Namun, jalannya tidak begitu lebar, sehingga sering terjadi kemacetan. Itu adalah pengalaman 3 hari 2 malam di Kota Bandung yang sangat berkesan bagi saya.Â
Nama       : Zaskia Noviandini Hartono
NIM Â Â Â Â Â Â Â : 2330024035
Prodi       : Gizi
Universitas : Nahdlatul Ulama Surabaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H