Di sekolah, prestasi Dewi terus meningkat. Guru-gurunya semakin sering memuji kegigihannya, bahkan beberapa teman sekelasnya yang dulu meremehkan kini mulai menghormatinya. Namun, tidak semua orang bisa menerima perjuangan Dewi dengan baik.
“Ah, paling nanti dia cuma jadi pemulung lagi,” bisik seorang teman, cukup keras untuk didengar Dewi.
Dewi diam, meski hatinya sakit. Ia tahu, tidak semua orang bisa memahami perjuangannya. Namun, ia tidak mau menyerah hanya karena komentar buruk dari orang lain.
Setiap kali ia merasa lelah atau sedih, Dewi selalu mengingat pesan ibunya. “Jangan biarkan orang lain menghentikan mimpimu, Dewi. Tuhan selalu bersama mereka yang bekerja keras.”
Pesan itu menjadi penguat baginya untuk terus maju, meskipun jalan yang ia tempuh penuh dengan tantangan.
Pertemuan Tak Terduga
Suatu hari, ketika Dewi sedang mengumpulkan botol di sebuah taman, ia bertemu dengan seorang pria paruh baya yang berpakaian rapi. Pria itu memerhatikan Dewi dengan penuh rasa ingin tahu.
“Sedang apa kamu di sini, Nak?” tanya pria itu.
“Saya mengumpulkan botol bekas, Pak,” jawab Dewi tanpa ragu.
Pria itu tersenyum. “Kamu sekolah?”
“Iya, Pak. Saya sekolah setiap pagi. Setelah pulang, saya mengumpulkan botol seperti ini untuk membantu keluarga.”