Langkah Kecil Menuju Masa Depan
Suatu malam, setelah selesai belajar, Dewi kembali memandangi bintang-bintang di langit. Ia menggenggam tangan Bayu yang sudah tertidur di sampingnya. Dalam hati, ia berdoa, seperti yang selalu ia lakukan setiap malam.
“Ya Allah, terima kasih atas segala rezeki dan kekuatan yang Engkau berikan. Saya akan terus berusaha dan menjaga keluarga saya. Tolong bantu kami agar bisa terus melangkah ke depan.”
Langkah kecil Dewi setiap hari telah membawanya lebih dekat ke mimpinya. Ia tahu jalan di depannya masih panjang, tetapi ia percaya bahwa dengan kerja keras, doa, dan dukungan dari orang-orang baik, tidak ada yang tidak mungkin.
Dewi berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu hari nanti, ia akan menjadi dokter seperti cita-citanya. Ia akan membantu orang-orang seperti ibunya, seperti Bu Sari yang telah membantunya, dan seperti dirinya sendiri—anak kecil yang hanya punya langkah kecil, tetapi mimpi yang sangat besar.
Hari demi hari terus berjalan. Meski mendapat beasiswa, Dewi tetap membantu ibunya mencari nafkah. Ia tahu bahwa beasiswa hanya mencakup biaya sekolah, sementara kehidupan sehari-hari mereka masih bergantung pada usaha kecil mereka.
Setiap pagi, sebelum pergi ke sekolah, Dewi menyempatkan diri untuk mengumpulkan botol-botol bekas di sekitar lingkungan mereka. Setelah itu, ia akan berangkat dengan langkah cepat, takut terlambat. Bayu, yang sudah mulai sehat, sesekali ikut membantu ketika tidak terlalu lelah.
Satu hal yang menjadi kebahagiaan kecil bagi Dewi adalah melihat adiknya mulai kembali ceria. “Kak, kalau aku besar nanti, aku mau jadi seperti kamu,” kata Bayu suatu pagi ketika mereka berjalan bersama menuju tempat pengepul.
Dewi tertawa kecil. “Kamu tidak perlu jadi seperti aku, Bayu. Kamu harus jadi lebih hebat. Sekolah yang rajin, ya?”
Bayu mengangguk. Meskipun ia belum sepenuhnya mengerti, ia tahu Dewi adalah panutannya.
Cita-Cita yang Semakin Dekat