Bayu hanya mengangguk. Ia masih terlalu kecil untuk memahami mimpi-mimpi kakaknya, tapi ia percaya pada Dewi. Kakaknya selalu punya cara untuk membuat mereka bertahan.
Mimpi di Balik Langit
Setelah berhasil mengumpulkan cukup banyak botol, mereka berjalan ke tempat pengepul. Jaraknya cukup jauh dari rumah mereka, dan matahari semakin terik. Bayu beberapa kali meminta berhenti, tapi Dewi terus mendorongnya untuk berjalan.
“Bayu, kalau kita berhenti terlalu lama, kita bisa kehilangan waktu. Yuk, semangat!”
Meski lelah, Dewi selalu menemukan cara untuk memotivasi adiknya. Ia tahu, kalau mereka tidak melakukannya, tidak akan ada makanan yang bisa mereka bawa pulang.
Sesampainya di tempat pengepul, mereka menyerahkan karung itu dan menunggu timbangan. Hasilnya, mereka mendapatkan tiga puluh ribu rupiah hari itu. Dewi menghitung uang itu dengan hati-hati sebelum memasukkannya ke kantong kecil yang tergantung di pinggangnya.
“Alhamdulillah, cukup untuk beli beras dan susu,” gumam Dewi sambil tersenyum ke Bayu.
Mereka pulang dengan langkah ringan meskipun tubuh mereka terasa lelah. Sesampainya di rumah, Ibu menyambut mereka dengan senyum lemah. Ia baru saja pulang dari pasar, membawa beberapa buah pisang yang tidak laku.
“Kalian hebat, Dewi, Bayu. Ibu bangga,” ujar Ibu, sambil mengelus kepala mereka.
Malam itu, mereka makan bersama dengan nasi hangat dan sambal sederhana. Meski hanya sedikit, rasanya sangat nikmat. Bagi Dewi, momen bersama keluarga adalah kebahagiaan sejati yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Hari-Hari yang Terus Berjalan