Zaskia Dwi Havifah¹, Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd., M.H.²
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi penerus. Melalui Pendidikan Pancasila, nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan keadilan ditanamkan sejak dini di berbagai jenjang pendidikan. Namun, di era digital yang serba cepat ini, muncul pertanyaan “Apakah Pendidikan Pancasila masih relevan dan diminati oleh generasi muda, khususnya Generasi Z?”
Generasi Z, yang dikenal sebagai generasi paling akrab dengan teknologi, cenderung memiliki pola pikir yang kritis dan dinamis. Sayangnya, banyak dari mereka yang menganggap Pendidikan Pancasila hanya sebatas teori yang kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Fenomena ini memunculkan tantangan besar yaitu, “bagaimana memastikan nilai-nilai Pancasila tetap hidup di tengah arus globalisasi dan perubahan zaman?”
Meskipun Pendidikan Pancasila telah menjadi bagian dari kurikulum nasional, tantangan dalam implementasinya masih cukup besar. Salah satu masalah utama adalah pendekatan pengajaran yang dianggap kurang menarik oleh Generasi Z. Metode pembelajaran yang cenderung monoton, seperti ceramah atau hafalan, membuat mata pelajaran ini terasa membosankan dan jauh dari kehidupan nyata.
Selain itu, Generasi Z yang tumbuh di era digital lebih sering terpapar konten-konten global dibandingkan nilai-nilai lokal. Banyak dari mereka yang lebih mengenal budaya pop internasional dibandingkan filosofi bangsa sendiri. Hal ini mengakibatkan semakin berkurangnya rasa kepedulian mereka terhadap nilai-nilai Pancasila.
Tidak hanya itu, kurikulum Pendidikan Pancasila sering kali tidak terintegrasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan, atau toleransi, lebih banyak diajarkan secara teoritis tanpa contoh nyata yang relevan dengan situasi mereka saat ini. Akibatnya, Pendidikan Pancasila hanya dipandang sebagai formalitas, bukan sebagai landasan moral yang perlu diterapkan.
Untuk mengatasi tantangan dalam Pendidikan Pancasila, diperlukan pendekatan yang lebih inovatif dan relevan dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi digital yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Generasi Z. Pendidikan Pancasila tidak harus lagi disampaikan hanya melalui buku teks dan ceramah, tetapi bisa melalui media digital yang lebih menarik, seperti video kreatif, game edukasi, atau aplikasi interaktif yang mengajak siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila secara langsung.
Selain itu, untuk menarik perhatian generasi muda, penting untuk melibatkan influencer atau tokoh publik yang mereka ikuti. Dengan memanfaatkan media sosial, kampanye nilai-nilai Pancasila bisa lebih efektif dan mudah diterima. Contohnya, para influencer bisa mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan toleransi, keadilan, dan gotong royong, sehingga generasi muda merasa lebih dekat dengan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan Pancasila juga sebaiknya tidak hanya diajarkan di sekolah, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, melalui kegiatan sosial yang melibatkan siswa, seperti bakti sosial atau proyek kolaboratif yang menekankan pentingnya gotong royong. Dengan cara ini, nilai-nilai Pancasila bisa lebih terasa relevansinya dalam kehidupan mereka.
Pendidikan Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter bangsa dan menjaga persatuan Indonesia. Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, terutama dengan perbedaan cara pandang dan minat Generasi Z, bukan berarti Pendidikan Pancasila harus ditinggalkan. Dengan pendekatan yang lebih kreatif, relevan dengan perkembangan zaman, dan melibatkan generasi muda secara langsung, nilai-nilai Pancasila bisa tetap hidup dan diterima oleh mereka.
Bagi Generasi Z, ini adalah kesempatan untuk kembali merenung dan mempertanyakan bagaimana mereka dapat mengamalkan nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana menurut kamu, apa cara terbaik untuk mendekatkan Pancasila dengan generasi muda di era digital ini?