Mohon tunggu...
Zaskia Arifin
Zaskia Arifin Mohon Tunggu... Psikolog - Universitas Andalas

saya menyukai kegiatan edukasi dan social project

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran 'Rang Tuo-Tuo' di Ranah Minang dalam Perspektif Kebijaksanaan Psikologi

22 Juni 2024   22:10 Diperbarui: 22 Juni 2024   22:32 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest: mommie z

Ranah Minang, dengan kekayaan budaya dan tradisi yang dimilikinya, memberikan peran penting bagi para ‘Rang Tuo-Tuo’ atau orang tua-tua dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakatnya. Para Rang Tuo-Tuo ini tidak hanya dihormati karena usia mereka, tetapi juga karena kebijaksanaan yang mereka miliki. Dalam perspektif psikologi, peran mereka sangat signifikan dalam membentuk, memelihara, dan mengarahkan dinamika sosial serta psikologis komunitas Minangkabau. Lansia, atau individu berusia di atas 60 tahun, mengalami berbagai perubahan dalam aspek kehidupan mereka. Selama proses penuaan, mereka tidak hanya mengalami perubahan fisik, tetapi juga perubahan psikologis dan sosial. Perkembangan psikososial pada lansia sangat penting dalam memastikan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka (Laras, 2021).

Penelitian yang dilakukan oleh Ardelt dan Ferrari pada tahun 2019 menemukan bahwa kebijaksanaan dapat menjadi sumber daya psikologis yang penting dalam menghadapi tantangan hidup. Kebijaksanaan dapat membantu seseorang mengatasi situasi sulit yang dialami, baik dalam kehidupan pribadi maupun orang lain. Selain itu, kebijaksanaan juga berperan sebagai pelindung terhadap dampak negatif dari pengalaman stres, yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental secara keseluruhan.

Para Rang Tuo-Tuo di Ranah Minang dianggap sebagai penjaga tradisi dan pengetahuan kolektif masyarakat. Mereka telah melalui berbagai fase kehidupan, menghadapi berbagai tantangan dan perubahan, yang memungkinkan mereka mengumpulkan kebijaksanaan yang mendalam. Menurut teori psikologi perkembangan yang dicanangkan oleh Erikson, kebijaksanaan adalah integrasi dari pengetahuan, pengalaman, dan refleksi yang mendalam terhadap makna kehidupan. Para Rang Tuo-Tuo ini mampu memberikan nasihat yang bijaksana karena mereka memahami kompleksitas kehidupan dan memiliki kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai perspektif.

Menurut teori perkembangan psikososial oleh Erik Erikson, konsep successful aging mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengatasi tahap-tahap perkembangan yang diajukan oleh teori tersebut secara positif sepanjang rentang hidupnya. Pada tahap lanjut usia (late adulthood), yang merupakan tahap terakhir dalam teori Erikson, konflik utama adalah antara integritas versus putus asa. Secara lebih spesifik, successful aging menurut teori Erikson bukan hanya tentang menjalani usia lanjut dengan fisik yang sehat, tetapi juga mencakup aspek psikologis dan sosial. Ini termasuk memiliki pengalaman hidup yang memuaskan, mempertahankan hubungan interpersonal yang bermakna, dan mampu memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat. Dengan kata lain, seseorang yang mengalami successful aging menurut Erikson dapat merasa hidupnya memiliki arti dan tujuan yang jelas meskipun menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi seiring bertambahnya usia (Anggun, dkk., 2023).

Dalam perspektif psikologi pendidikan, para Rang Tuo-Tuo berfungsi sebagai mentor dan pendidik informal bagi generasi muda. Mereka menanamkan nilai-nilai moral, adat istiadat, dan norma sosial kepada anak-anak dan remaja. Proses sosialisasi ini sangat penting untuk pembentukan identitas dan karakter individu dalam komunitas Minangkabau. Melalui cerita, petuah, dan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari, para Rang Tuo-Tuo mengajarkan pentingnya etika, kerja keras, dan rasa tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan teori Vygotsky tentang pembelajaran sosial, di mana interaksi dengan individu yang lebih berpengalaman memainkan peran krusial dalam perkembangan kognitif dan sosial anak-anak.

Para Rang Tuo-Tuo juga berperan sebagai stabilisator emosional dalam komunitas. Dalam teori psikologi keluarga, orang tua lanjut usia sering kali menjadi figur sentral yang menjaga keharmonisan dan stabilitas emosional dalam keluarga. Kebijaksanaan mereka dalam menyelesaikan konflik dan memberikan dukungan emosional sangat penting dalam menjaga keseimbangan sosial. Mereka menyediakan ruang untuk dialog, mediasi, dan penyelesaian masalah dengan cara yang tenang dan bijaksana. Ini membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis anggota masyarakat, seperti ketika ada musyawarah dalam nagari.

Dalam masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, para Rang Tuo-Tuo sering kali terlibat dalam pengambilan keputusan kolektif. Dalam perspektif psikologi sosial, mereka memainkan peran sebagai pemimpin opini yang mempengaruhi keputusan-keputusan penting terkait adat, ekonomi, dan hubungan antar keluarga. Kebijaksanaan dan pengalaman mereka memberikan legitimasi dan otoritas moral dalam proses pengambilan keputusan, yang penting untuk keberlanjutan sosial dan budaya komunitas (Samin, Y, dkk., 1996).

Peran para Rang Tuo-Tuo di Ranah Minang sangatlah kompleks dan penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam perspektif psikologi, mereka tidak hanya sebagai individu dengan pengalaman hidup yang kaya, tetapi juga sebagai pilar yang menjaga keseimbangan sosial, emosional, dan spiritual komunitas (Biren & Schale, 2006). Kebijaksanaan mereka dalam memberikan nasihat, mendidik generasi muda, menyelesaikan konflik, dan memandu pengambilan keputusan kolektif menjadikan mereka sebagai aset berharga yang harus dihargai dan dilestarikan. Oleh karena itu, pemahaman dan penghargaan terhadap peran Rang Tuo-Tuo ini merupakan langkah penting dalam menjaga harmoni dan kesejahteraan masyarakat Minangkabau.

Referensi:

Anggun, dkk. (2023). Perkembangan Psikososial Lansia terhadap Peningkatan Sikap Mandiri dan Fungsi Kognitif, Jurnal Basicedu, 7(6): 3616 – 3621, DOI : https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i6.6479.

Ardelt M, Ferrari M. (2019). Effects of wisdom and religiosity on subjective well-being in old age and young adulthood: exploring the pathways through mastery and purpose in life, Int Psychogeriatr, 31:477–489, DOI: https://doi.org/10.1017/ s1041610218001680.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun