Bubur, sebagai salah satu makanan tradisional Indonesia, memang sudah dikenal luas sebagai menu sarapan yang nyaman dan lezat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul perdebatan yang cukup hangat di kalangan pecinta kuliner tentang perdebatan baru yang cukup seru, apakah bubur harus diaduk atau tidak? Beberapa orang tentu lebih memilih untuk menikmati bubur dengan semua topping di atasnya, sehingga rasa dan teksturnya bisa langsung dinikmati dalam setiap suapan. Di sisi lain, ada pula orang yang berpendapat bahwa dengan mengaduk bubur adalah cara terbaik untuk meratakan rasa, terutama jika bubur itu disajikan dengan beragam lauk atau tambahan seperti kacang, ayam, daun bawang atau sambal.
Makan bubur, meskipun terlihat seperti hal yang sederhana. Makan bubur ini dapat mencerminkan kepribadian seseorang, tergantung pada apakah mereka memilih untuk mengaduk buburnya atau tidak. Orang yang makan bubur diaduk cenderung memiliki sifat yang lebih fleksibel dan terbuka terhadap sebuah perubahan yang ada. Mereka mungkin lebih suka menggabungkan berbagai elemen dalam hidup mereka dan tidak takut mencampur berbagai hal untuk menciptakan sesuatu yang baru. Dalam konteks ini, kebiasaan mengaduk bubur bisa menggambarkan seseorang yang tidak terikat pada satu pola atau rutinitas yang kaku, melainkan lebih suka bereksperimen dan mencari cara baru untuk dapat menikmati hidup. Mereka juga bisa dianggap sebagai individu yang lebih praktis, karena mengaduk bubur dapat dianggap sebagai cara untuk memastikan setiap suapan terasa sama, merata, dan mudah dinikmati.
Sebaliknya, orang yang makan bubur tanpa diaduk akan cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan suatu hal dan semua rencananya sudah terstruktur. Mereka menghargai kejelasan dan ketertiban, serta lebih memilih untuk menikmati setiap bagian bubur sesuai dengan lapisannya masing-masing. Hal ini bisa mencerminkan seseorang yang lebih suka mengikuti rutinitas dan lebih berhati – hati dalam membuat keputusan. Mereka mungkin juga lebih cenderung menjaga jarak atau menghindari perubahan besar dalam hidup, lebih memilih kestabilan dan konsistensi. Kebiasaan tidak mengaduk bubur dapat diartikan sebagai simbol dari seseorang yang menghargai keutuhan suatu hal, dan tidak suka mencampur atau menciptakan ketidakpastian.
Namun, dibalik perdebatan yang tiada habisnya itu belakangan ini muncul fenomena baru dalam dunia kuliner yang mengguncang dunia makan bubur, yakni cara makan bubur yang lebih anti-mainstream. Tren terkini ialah beberapa orang memilih untuk "mengenyot" atau "menyedot" bubur langsung dari plastik, tanpa menggunakan sendok. Trik ini menjadi viral di media sosial setelah sejumlah influencer kuliner mencobanya dan membagikan momen tersebut ke publik. Tentu saja, aksi makan bubur dengan cara seperti ini menambah warna dalam perdebatan antara bubur diaduk atau tidak. Ada yang merasa cara ini terasa lebih praktis dan bahkan lebih "nikmat," karena tekstur bubur yang masih hangat langsung masuk ke mulut dalam setiap isapan. Selain itu, bubur juga bisa dapat di lumuri langsung ke kerupuk lalu langsung dimakan.
Meskipun cara makan seperti ini terkesan unik, tidak sedikit yang merasa kebingungannya melihat cara makan tersebut. Sebagian besar orang tetap setia dengan cara konvensional, yakni menggunakan sendok untuk mengambil bubur dan menikmatinya dengan cara yang lebih sopan. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa cara baru ini memberikan sensasi yang berbeda, bahkan bagi mereka yang sebelumnya tidak terlalu tertarik dengan bubur. Menyedot bubur langsung dari plastik memberikan pengalaman yang berbeda, seperti menikmati sensasi tekstur bubur yang kental dan kaya akan rasa, yang seolah lebih terasa intens ketika disedot daripada hanya sekadar diaduk.
Perdebatan ini tentunya akan terus berlangsung. Apakah Anda termasuk yang suka bubur diaduk atau lebih memilih menikmati bubur dalam bentuknya yang terpisah? Atau, mungkin Anda ingin mencoba cara baru yang kini tengah viral? Yang pasti, dunia kuliner selalu berkembang, dan inovasi dalam cara makan, termasuk makan bubur, menjadi salah satu bentuk kreativitas yang menarik untuk diikuti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H