Mohon tunggu...
Zaska Yogawati Fitriah
Zaska Yogawati Fitriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 2 Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang mahasiswa Semester 2 jurusan Pendidikan IPS yang memiliki minat dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Independensi Mahasiswa dalam Menentukan Pilihan Hidupnya

27 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 27 Juni 2023   18:06 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mari menelisik lebih dalam mengenai demokrasi dengan indikatornya yang ke-24 yaitu persepsi populer tentang sejauh mana warga negara memiliki pilihan dan kendali bebas atas kehidupan mereka. Negara yang demokrasi adalah negara yang warganya memiliki kendali bebas atas kehidupan yang mereka pilih, tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak lain. Apabila suatu negara memiliki tingkat demokrasi yang tinggi, sudah dipastikan indikator di atas terpenuhi. Saya mengambil contoh dari mahasiswa, mengapa mahasiswa? Sebelumnya kita perlu ketahui terlebih dahulu pengertian dari mahasiswa. Mahasiswa atau sering disebut sebagai Agent of Change didefinisikan oleh Knopfemacher dalam Aris (2018) sebagai seorang calon sarjana yang terlibat dalam suatu perguruan tinggi dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual di masa depan. Menurut Siswoyo (2007), mahasiswa didefinisikan sebagai seseorang yang sedang menuntut ilmu di suatu perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, di mana mereka dinilai memiliki intelektual yang tinggi, kecerdasan dalam berfikir, bertindak, berpengetahuan luas, dan sudah seharusnya mereka memiliki kendali bebas atas pilihan yang mereka ambil, itulah yang dimaksud dengan independensi mahasiswa. Jika mahasiswa tidak diberi kebebasan dalam menentukan pilihan hidupnya, maka pemikirannya tidak akan berkembang dan justru nantinya menimbulkan hal-hal yang bersifat destruktif (membahayakan).

Mengapa dalam Demokrasi Mahasiswa Memiliki Hak Memilih Kehidupannya Sendiri? 

Sebelum itu, saya ingin mengulas sedikit satu kasus tentang seorang anak berusia 15 tahun yang tertekan akibat selalu dikekang oleh ibunya. Anak tersebut mendapat perlakuan demikian sedari kecil, hingga akhirnya ia mengakhiri hidup ibunya sendiri. Bayangkan, anak seusia itu sudah berfikir untuk mengakhiri nyawa seseorang yaitu ibunya sendiri. Orang tua seharusnya memberikan kesempatan terbuka untuk anaknya melihat dan merasakan bagaimana dunia luar (Graha, 2008). Maksudnya, biarkan anak melihat dunia luar, mengendalikan dirinya sendiri dengan tetap mendapat pantauan dari orang tua. Banyak orang tua yang cenderung menganggap anaknya harus patut dan menuruti apa yang diinginkan orang tuanya tanpa memberi ruang dan kesempatan anak dalam mengendalikan dirinya sendiri.

Mencermati kasus di atas, pastinya banyak mahasiswa yang relate dengan fenomena tersebut. Namun, amat disayangkan apabila mahasiswa berperilaku anarkis seperti anak usia 15 tahun itu. Mahasiswa berbeda dengan anak-anak sekolah, mengapa berbeda? Campur tangan orang tua dan guru mutlak 100% dalam mengawasi anak sekolah yang berusia di bawah 17 tahun. Jiwa mereka yang masih labil, perlu mendapat pengawasan ekstra dan perhatian lebih, khususnya dari orang tua dalam setiap pilihan yang mereka kehendaki. Tidak hanya lingkup keluarga, lingkungan sekolah juga menjadi tempat kedua proses pertumbuhan jiwa seorang anak, salah satunya peran seorang guru. Namun, mahasiswa tidak demikian. Bisa dikatakan orang tua punya peran 50% dalam hidup anaknya, sisanya adalah pilihan yang anak ambil tanpa adanya paksaan maupun kekangan dari siapapun.

Sebagai orang tua, tentu saja masih memiliki peran penting dalam memberi saran dan masukan guna memperkuat pilihan-pilihan yang anaknya ambil. Namun, jika orang tua masih menganggap anaknya seperti anak SMA, hal tersebut membuat anaknya merasa bahwa ia tidak bebas dalam menentukan pilihan hidupnya. Maka dari itu, perlu adanya harmonisasi antara mahasiswa dengan orang tua yang tepat, pastinya akan membuat mahasiswa menjadi independen dan berfikir secara kreatif dalam menentukan pilihan-pilihan hidupnya di masa depan.

Dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa, bahkan warga negara seluruhnya berhak mendapat hak dan kendali bebas atas kehidupannya masing-masing. Sejak lahirpun, kita sudah memiliki hak atas diri kita sendiri, tidak ada yang bisa mengatur dan juga mengekang setiap pilihan yang kita ambil.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun